Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Adab Sopan Santun bagi Penuntut Ilmu [1]

Adab Sopan Santun bagi Penuntut Ilmu
Sebaik-baik kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan waktu adalah menyibukkan diri dengan ilmu syar'i, ilmu Agama, terus mencari dan mendapatkan faidah ilmu, senantiasa mengulang-ulangi pelajaran dan mengajarkannya. Menuntut ilmu syar'i termasuk pendekatan diri yang paling afdhol dan ketaatan yang paling agung. Oleh karena itu para Ulama sejak dahulu sampai sekarang, banyak yang memberikan perhatian besar dalam menjelaskan adab sopan santun yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu, adab sopan santun tersebut merupakan perhiasan dan sarana menuju kemenangan dan kesuksesan. Sebagaimana mereka para Ulama telah menjelaskan tentang akhlaq terpuji dan akhlaq tercela dalam menuntut ilmu, dimana dengan mengetahuinya dan mengamalkannya -dengan menerapkan akhlaq terpuji dan meninggalkan akhlaq tercela tersebut- merupakan jalan pintas untuk mendapatkan ilmu yang diidam-idamkan serta jalan pintas untuk bisa memetik buah ilmu tersebut. Adab Sopan Santun bagi Penuntut Ilmu yang paling penting antara lain:

Pertama : Niat Ikhlas hanya karena Allah Ta'ala
Menuntut ilmu merupakan ketaatan dan ibadah, sementara Ikhlas hanya karena Allah ta'ala itu wajib ada pada seluruh bentuk ibadah dan ketaatan lainnya. Allah Ta'ala berfirman :
{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ} [البينة: 5]
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. [Al Bayyinah (98):5]

Ikhlas dalam menuntut ilmu adalah mengharapkan wajah Allah ketika menuntut ilmu, sehingga apabila keinginan seorang penuntut ilmu hanya untuk memperoleh ijazah, atau menduduki jabatan tertentu untuk mendapatkan manfaat berupa materi saja, maka sesungguhnya dia belumlah ikhlas dalam menuntut ilmu. Dari Abu Hurairah radhiallohu 'anhu, dia berkata : Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
من تعلّم علماً مما يبتغَى به وجه الله - عز وجل- لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضاً من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها
Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya dicari karena mengharapkan wajah Allah Azza Wajalla semata, namun dia tidaklah mencarinya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dunia dengan ilmu tersebut, maka dia tidak akan mendapatkan "urf Jannah" pada hari kiamat yaitu wangi surga. [HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al hakim dan Annawawi dalam riadhussholihin]

Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam telah memotifasi kita agar senantiasa memiliki Niat Ikhlas hanya karena Allah Ta'ala semata, sebagaimana dalam hadits Umar Rodhiallohu 'anhu :
إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى ..
Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung hanya dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan hanya sesuai dengan apa yang dia niatkan [Muttafaq alaih]

Para Ulama sangat perhatian terhadap hadits Umar Rodhiallohu 'anhu diatas, mereka senantiasa mendahulukan hadits ini dalam kitab-kitab mereka, karena hadits tersebut dibutuhkan secara umum dalam segala perkara, seperti yang telah dikatakan oleh Imam Al Khot-thobi, perhatikan Imam Al Bukhari rahimahullah, beliau memulai kitab Shohihnya dengan hadits ini, para ulama mengatakan : Hadits ini adalah khotbah pembuka kitabnya Imam Al-Bukhari karena beliau tidak menulis muqaddimah apapun, tujuan dari hal tersebut adalah sebagai peringatan bagi para penuntut ilmu agar memperbaiki niatnya dan hanya mengharapkan wajah Allah ta'ala. Imam Annawawi dan Imam Al Baghowi mengikuti metode imam Al Bukhori ini, didalam beberapa kitab mereka berdua, demikian pula para penulis lainnya. Berkata Abdurrahman bin Mahdi :
لو صنفت كتاباً بدأت في أول كل كتاب منه بهذا الحديث
Sekiranya saya menulis sebuah kitab tentu saya mulai pada awal setiap kitab tersebut dengan hadits Umar ini

Imam Ahmad berkata :
العلم لا يعدله شيء لمن صحّت نيته
Ilmu itu tidak ada sesuatupun yang bisa menandinginya, bagi orang yang benar niatnya
Murid-muridnya lalu bertanya : bagaimana orang yang benar niatnya itu..???
Imam Ahmad menjawab :
ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره
dia berniat untuk mengangkat kejahilan dari dirinya sendiri dan dari orang lain

Berkata Ibnu Jama'ah Al Kinani setelah menjelaskan keutamaan ilmu :
واعلم أن جميع ما ذكر من فضل العلم والعلماء إنما هو في حقّ العلماء العاملين الأبرار المتقين، الذين قصدوا به وجه الله الكريم، والزلفى لديه في جنات النعيم ، لا من طلبه بسوء نية، وخبث طوية ، أو لأغراض دنيوية ، من جاه أو مال أو مكاثرة في الأتباع والطلاب
ketahuilah, bahwa semua hal yang disebutkan dari keutamaan ilmu dan ulama, hanya terbatas bagi para ulama, yang mengamalkan ilmunya, yang senantiasa melakukan kebaikan serta bertaqwa, mereka yang hanya mengharapkan wajah Allah yang Mulia, dan mengharapkan kedekatan dengan-Nya di surga yang penuh kenikmatan. Bukan bagi orang yang menuntut ilmu dengan niat yang buruk dan hati yang busuk atau karena tujuan-tujuan duniawi berupa kedudukan, harta atau banyaknya pengikut dan santri[1]

Berkata Abu Yusuf :
أَريدوا بعلمكم اللهَ تعالى، فإني لم أجلس مجلساً قطّ أنوي فيه أن أتواضع إلالم أقم حتى أعلُوَهم، ولم أجلس مجلساً قط أنوي فيه أن أعلوهم إلا لم أقم حتى اُفْتَضَح
Inginkanlah hanya Allah Ta'ala dengan ilmu kalian, karena sesungguhnya aku tidak duduk pada satu majlis sama sekali yang aku berniat didalamnya untuk tawadhu' kecuali aku tidak akan berdiri sehingga mengalahkan mereka, dan aku tidak akan duduk di satu majlis sama sekali yang aku niatkan didalamnya untuk mengalahkan mereka kecuali aku tidak berdiri sehingga aku dikenal[2]

Kedua : Bertaqwa kepada Allah Azza wajalla
Para ulama adalah manusia yang paling mengenal Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya, Allah ta'ala berfirman :
{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ} [فاطر: 28]
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. [Fa-thir (35):28]

Dengan Taqwa, seorang alim akan bertambah ilmunya dan dengan ilmu orang yang bertaqwa akan bertambah ketaqwaannya, Allah ta'ala berfirman :
{وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [البقرة: 282]
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al Baqarah (2):282]

Allah ta'ala berfirman :
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ} [الطلاق: 2، 3]
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. [Ath-Tholaq (65):2 & 3]

Rezki yang paling agung adalah ilmu yang bermanfaat.

Taqwa adalah kumpulan seluruh kebaikan dan wasiat Allah kepada umat terdahulu dan belakangan, Allah Ta'ala berfirman dalam surah Annisa :
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا} [النساء: 131]
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [Annisa (4):131]

Allah Azza wajalla berfirman dalam surah Al-Anfal :
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ} [الأنفال: 29]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al-Anfal (8):29]

Dia akan memberikan kepadamu furqaan yaitu memberikan kepadamu sesuatu yang bisa membedakan antara yang haq dan batil, antara yang sehat dan sakit, antara yang bermanfaat dan tak berguna, semua itu hanya ada dengan adanya cahaya dan timbangan ilmu, pelita dan ukuran ilmu. Jadi ilmu itu adalah buah dari buah-buah taqwa, taqwa merupakan jalan untuk memperoleh ilmu, dan ilmu itu mengangkat derajat pemiliknya ke derajat ma'rifatullah yang paling tinggi serta takut ~khos-yah~ kepada Allah, oleh karena itu didapatkan atsar dari Imam Syafi'i Rahimahullah bahwa beliau berkata :
شكوت إلى وكيع سـوء حفظـي فأرشـدني إلى ترك المعــاصي
وأخبرنـي بأن العلـم نــــور ونـور الله لا يهدى لعـاصـي
Aku adukan kepada Waki' tentang buruknya hafalanku, maka dia membimbingku agar meninggalkan maksiat
Dan mengabariku bahwasanya ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat


Hal-hal yang pertama kali masuk dalam bentuk-bentuk taqwa adalah menegakkan syi'ar-syi'ar Islam dan hukum-hukum Islam yang nampak, diantara hal itu adalah menjaga sholat lima waktu di masjid, menyebarkan salam kepada orang-orang tertentu dan kepada kaum muslimin secara umum, amar ma'ruf nahi mungkar, menampakkan sunnah, memadamkan bid'ah, dan menampakkan hukum-hukum Islam lainnya agar supaya dia pantas dijadikan panutan serta terjaga kehormatannya, tidak dilecehkan dan tidak memunculkan persangkaan buruk.

Termasuk juga dalam bentuk ketaqwaan adalah menjaga syari'at-syari'at yang dianjurkan baik dalam bentuk ucapan lisan atau perbuatan anggota badan : diantaranya adalah membaca Al Qur'an Al Karim dengan tafakkur dan tadabbur; memperbanyak dzikir dengan hati dan lisan; senantiasa berdo'a dengan penuh ketundukan disertai dengan keikhlasan dan kejujuran; perhatian terhadap ibadah-ibadah sunnah baik berupa sholat, puasa, sedekah dan haji (umroh) ke Baitullah; serta bersholawat kepada Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, dan ibadah-badah lainnya yang memiliki keutamaan-keutamaan baik berupa perkataan ataupun perbuatan yang dengannya diharapkan semakin bertambahnya ilmu.

_______

[1]Tadzkiroh Assami' wal Mutakallim H. 13
[2]Tadzkiroh Assami' wal Mutakallim H. 69

Sumber : آداب طالب العلم

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)