Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Jagalah Jadwal Sholat Wajib Tepat Waktu..!!!

Jagalah Jadwal Sholat Wajib Tepat Waktu..!!!
Ketika Allah ta'ala Memanggil

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya menunaikan sholat lima waktu tepat pada waktunya :

Pertama
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى} [البقرة: 238]
Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. [Al Baqarah (2):238]

Memelihara sholat berarti mengerjakannya tepat waktu, karena sebab turunnya ayat ini adalah tertundanya pelaksanaan sholat pada saat perang Khandaq, bukan karena meninggalkan pelaksanaannya. Seperti itulah penafsiran Ulama Salaf.

Memelihara sholat kebalikannya adalah menelantarkan dan menyia-nyiakannya, maka barangsiapa yang menunda pelaksanaannya keluar dari waktunya berarti telah menelantarkannya dan tidak memeliharanya.

Kedua
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ} [مريم: 59]
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, [Maryam (19):59]

Menyia-nyiakan shalat maksudnya adalah menundanya hingga keluar dari waktunya, demikian penafsiran Ibnu Mas'ud, Ibrahim, Al Qosim bin Muhammad dan Adh-Dhoh-hak serta ulama lainnya, tanpa ada yang menyelisihi mereka.

Ketiga
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ} [الماعون: 4، 5]
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, [Al Maa'uun (107):4 & 5]

Penafsiran yang populer dari ayat diatas diantaranya adalah : menyia-nyiakan waktu sholat, demikian penafsiran mayoritas Shahabat dan Tabi'in.

Keempat
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا} [النساء: 103]
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. [Annisa' (4):103]

Ini menunjukkan keagungan sholat, bahwasanya sholat merupakan kewajiban melekat, yang tidak terlepas bagi seorang muslim bagaimanapun keadaannya.

Sholat merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya. Allah Subhanahu wata'ala wajibkan bagi orang-orang yang beriman, dan menetapkan bagi tiap-tiap sholat tersebut waktunya, yang menjadi tempat dan waktu pelaksanaan bagi tiap sholat tersebut.

Berdasarkan hal ini, sebagian Ahli Fiqih -Fuqoha- berpendapat bahwa "sesungguhnya sholat apabila tidak dikerjakan pada waktunya, maka tidak mungkin mengganti sholat yang ketinggalan tersebut dengan cara mengulanginya pada waktu yang lain -di luar waktunya- sebagaimana ibadah haji yang tidak dikerjakan kecuali pada waktu yang telah ditentukan.

Abdullah bin Mas'ud Radhiallohu 'anhu berkata :
«إِنَّ لِلصَّلَاةِ وَقْتًا كَوَقْتِ الْحَجِّ»
Sesungguhnya sholat itu memiliki waktu sebagaimana waktu ibadah haji

Kelima
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala memerintahkan kepada orang yang dalam keadaan takut (dalam keadaan perang) untuk tetap menegakkan sholat (sholat khauf) meskipun banyak dari rukun-rukun sholat yang tidak terpenuhi, demikian pula diperintahkan bagi orang yang tayammum -sudah masuk waktu shalat namun tidak mendapatkan air untuk bersuci- dan semisalnya untuk menegakkan sholat, sekiranya boleh menunda pelaksanaannya, maka tentu tidak butuh sedikitpun dari hal yang demikian itu -sholat khauf, tayammum dan sebagainya-

Keenam
Banyak ayat yang menunjukkan wajibnya mengerjakan sholat pada waktu yang telah ditentukan, seperti firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ} [ق: 39]
dan bertasbihlah -sholatlah- sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari (sholat subuh) dan sebelum terbenam(nya) (sholat ashar). [Qoof (50):39]

dan firman Allah Subhanahu wata'ala :
{أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ} [الإسراء: 78]
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir [Al-Isro'(17):78]

Ketujuh
Dari Abu Dzar Radhiallohu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
" يا أبا ذر إنها ستكون عليكم أئمة يميتون الصلاة فان ادركتموهم فصلوا الصلاة لوقتها واجعلوا صلاتكم معهم نافلة "
"Wahai Abu Dzar, sesungguhnya akan ada nanti pemimpin-pemimpin yang mematikan sholat, maka apabila kalian mendapati mereka, tegakkanlah sholat tepat pada waktunya dan jadikanlah sholat kalian bersama mereka sebagai nafilah" [HR. Muslim No. 648]

Kedelapan
Dari Abu Qotadah Radhiallohu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
«أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى،...»
Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada di dalam tidur itu bentuk kelalaian, sesungguhnya kelalaian itu hanyalah bagi orang yang tidak melaksanakan sholat hingga datang waktu sholat berikutnya... [HR. Muslim No. 681]

Kesembilan
عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ " أَتَاهُ سَائِلٌ يَسْأَلُهُ عَنْ مَوَاقِيتِ الصَّلَاةِ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ شَيْئًا، قَالَ: فَأَقَامَ الْفَجْرَ حِينَ انْشَقَّ الْفَجْرُ، وَالنَّاسُ لَا يَكَادُ يَعْرِفُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالظُّهْرِ، حِينَ زَالَتِ الشَّمْسُ، وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدِ انْتَصَفَ النَّهَارُ، وَهُوَ كَانَ أَعْلَمَ مِنْهُمْ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالْعَصْرِ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالْمَغْرِبِ حِينَ وَقَعَتِ الشَّمْسُ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْعِشَاءَ حِينَ غَابَ الشَّفَقُ، ثُمَّ أَخَّرَ الْفَجْرَ مِنَ الْغَدِ حَتَّى انْصَرَفَ مِنْهَا، وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدْ طَلَعَتِ الشَّمْسُ، أَوْ كَادَتْ، ثُمَّ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى كَانَ قَرِيبًا مِنْ وَقْتِ الْعَصْرِ بِالْأَمْسِ، ثُمَّ أَخَّرَ الْعَصْرَ حَتَّى انْصَرَفَ مِنْهَا، وَالْقَائِلُ يَقُولُ قَدِ احْمَرَّتِ الشَّمْسُ، ثُمَّ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى كَانَ عِنْدَ سُقُوطِ الشَّفَقِ، ثُمَّ أَخَّرَ الْعِشَاءَ حَتَّى كَانَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَوَّلُ، ثُمَّ أَصْبَحَ فَدَعَا السَّائِلَ، فَقَالَ: الْوَقْتُ بَيْنَ هَذَيْنِ "

Dari Abu Musa Radhiallohu 'anhu, dari Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bahwasanya telah datang kepada beliau seseorang yang bertanya tentang waktu-waktu sholat, namun beliau tidak menjawabnya sedikitpun ~dengan kata-kata namun dengan perbuatan~.
Abu Musa Radhiallohu 'anhu berkata :
Maka beliau mendirikan sholat subuh ketika terbit fajar, sementara orang-orang hampir tidak saling mengenal antara sebagian mereka dengan sebagian lainnya. Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya -melakukan seperti itu-.
Setelah itu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menegakkan sholat dhuhur, ketika matahari tergelincir. Sipenanya mengatakan : "Sudah tengah hari.", padahal Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam lebih mengetahui -itu- dibanding mereka. Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya -melakukan seperti itu-.
Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menegakkan sholat ashar, pada waktu matahari sudah tinggi. Lalu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya -melakukan seperti itu-
Setelah itu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menegakkan sholat maghrib, ketika matahari terbenam, setelah itu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya -melakukan seperti itu-.
Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menegakkan sholat 'isya, ketika syafaq -sinar merah matahari setelah terbenam- telah hilang.
Pada keesokan harinya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memperlambat pelaksanaan sholat subuh, hingga setelah selesai, Sipenanya mengatakan : "Matahari sudah terbit atau hampir terbit.".
Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memperlambat pelaksanaan sholat dhuhur sampai hampir masuk waktu ashar seperti kemarin.
Setelah itu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memperlambat pelaksanaan sholat ashar, hingga setelah selesai, Sipenanya mengatakan : "Sinar matahari sudah memerah.".
Kemudian Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memperlambat pelaksanaan sholat maghrib sampai syafaq -sinar merah matahari setelah terbenam- mulai hilang.
Setelah itu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam memperlambat pelaksanaan sholat 'isya sampai sepertiga malam yang pertama berlalu.
Kemudian, di pagi hari beliau memanggil Sipenanya, lalu bersabda : "Waktu Sholat adalah diantara dua waktu ini" [HR. Muslim No. 614]

Kesepuluh
عَنْ بُرَيْدَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَهُ عَنْ وَقْتِ الصَّلَاةِ، فَقَالَ لَهُ: «صَلِّ مَعَنَا هَذَيْنِ - يَعْنِي الْيَوْمَيْنِ - فَلَمَّا زَالَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ، ثُمَّ أَمَرَهُ، فَأَقَامَ الظُّهْرَ، ثُمَّ أَمَرَهُ، فَأَقَامَ الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْمَغْرِبَ حِينَ غَابَتِ الشَّمْسُ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْعِشَاءَ حِينَ غَابَ الشَّفَقُ، ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْفَجْرَ حِينَ طَلَعَ الْفَجْرَ، فَلَمَّا أَنْ كَانَ الْيَوْمُ الثَّانِي أَمَرَهُ فَأَبْرَدَ بِالظُّهْرِ، فَأَبْرَدَ بِهَا، فَأَنْعَمَ أَنْ يُبْرِدَ بِهَا، وَصَلَّى الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ أَخَّرَهَا فَوْقَ الَّذِي كَانَ، وَصَلَّى الْمَغْرِبَ قَبْلَ أَنْ يَغِيبَ الشَّفَقُ، وَصَلَّى الْعِشَاءَ بَعْدَمَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ، وَصَلَّى الْفَجْرَ فَأَسْفَرَ بِهَا»، ثُمَّ قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ عَنْ وَقْتِ الصَّلَاةِ؟» فَقَالَ الرَّجُلُ: أَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «وَقْتُ صَلَاتِكُمْ بَيْنَ مَا رَأَيْتُمْ»

Dari Buraidah Radhiallohu 'anhu, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya ada seseorang bertanya kepada beliau tentang waktu sholat, maka Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam mengatakan padanya : "Sholatlah bersama kami dua hari ini!", ketika matahari tergelincir, beliau memerintahkan Bilal , lalu Bilal-pun adzan, lalu memerintahnya lagi ~untuk iqomah~, kemudian beliau menegakkan sholat dhuhur.
Setelah itu beliau memerintahnya ~untuk adzan dan iqomah~, kemudian sholat ashar, sementara matahari pada waktu itu sudah tinggi dengan sinarnya yang putih bersih.
Kemudian beliau memerintahnya ~untuk adzan dan iqomah~, lalu sholat maghrib, ketika matahari telah tenggelam.
Setelah itu beliau memerintahnya ~untuk adzan dan iqomah~, kemudian sholat 'isya, ketika syafaq -sinar merah matahari setelah terbenam- telah hilang.
Kemudian beliau memerintahnya ~untuk adzan dan iqomah~, lalu sholat subuh, ketika fajar telah terbit.
Ketika memasuki hari kedua, beliau memerintahnya agar menunda sampai cuaca agak dingin lalu sholat dhuhur, maka ~Bilal~ menunda untuk sholat dhuhur sampai cuaca agak dingin, dengan demikian ~Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam~ telah memberikan kenyamanan dengan menunggu cuaca agak dingin lalu sholat dhuhur.
Setelah itu Nabi mengundurkan sholat ashar, pada waktu itu matahari sudah lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya.
Lalu sholat maghrib sebelum syafaq -sinar merah matahari setelah terbenam- hilang.
Setelah itu Nabi sholat 'isya, setelah lewat sepertiga malam.
Lalu sholat subuh pada saat langit mulai menguning, kemudian Nabi bersabda : "Mana orang yang bertanya tentang waktu sholat?", orang tersebut mengatakan : "Saya, wahai Rasulullah,". Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Waktu sholat kalian adalah apa yang telah kalian saksikan" [HR. Muslim No. 613]

Kesebelas
Konsensus (baca:ijma') para ulama atas pembatasan waktu-waktu sholat, tidak boleh bagi seorang muslim mempercepat atau memperlambatnya kecuali ada udzur.
Al Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata dalam kitabnya Al Mughniy (1/269):
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ مُؤَقَّتَةٌ بِمَوَاقِيتَ مَعْلُومَةٍ مَحْدُودَةٍ، وَقَدْ وَرَدَ فِي ذَلِكَ أَحَادِيثُ صِحَاحٌ جِيَادٌ...
Para ulama kaum muslimin telah ijma' bahwasanya sholat wajib lima ~kali sehari semalam~ ditetapkan berdasarkan waktu, dengan waktu-waktu yang telah diketahui bersama dan sifatnya terbatas, dan sungguh telah datang dalam masalah ini hadits-hadits yang shohih lagi baik...

Al Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah berkata dalam kitabnya At-Tamhid (8/69-70):
(وفي هذا الحديث _ يقصد حديث عروة مع عمر بن عبد العزيز _ دليل على أن وقت الصلاة لا تجزىء قبل وقتها وهذا لا خلاف فيه بين العلماء إلا شيئا روى عن أبي موسى الأشعري وعن بعض التابعين أجمع العلماء على خلافه فلم أر لذكره وجها لأنه لا يصح عنهم وقد صح عن أبي موسى خلافه مما وافق الجماعة فصار اتفاقا صحيحا)
(dan di dalam hadits ini ~maksudnya hadits Urwah bersama Umar bin Abdul Aziz~ ada dalil bahwasanya waktu sholat, tidaklah sah sebelum waktunya. Hal ini tidak ada silang pendapat diantara ulama', kecuali satu riwayat dari Abu Musa Al-Asy'ariy dan sebagian tabi'in yang mana ulama sepakat menyelisihi riwayat tersebut, oleh karena itu saya tidak melihat ~pentingnya~ menyebutkan poin tersebut, sebab tidak shohih ~riwayat~ dari mereka, dan sungguh telah shohih ~riwayat lain~ dari Abu Musa ~sendiri~ yang menyelisihinya, ~riwayat yang shohih ini~ termasuk ~riwayat~ yang sesuai dengan pendapat jama'ah, sehingga ~ijma' atas tidak sahnya sholat sebelum waktunya~ menjadi kesepakatan yang shohih) [Lihat: Al-Istidzkar (1/23)]

Berkata Al-'Ainiy dalam Umdah Al Qori' (5/5):
(فيه _ أي قصة عروة مع عمر بن عبد العزيز _ دليل على أن وقت الصلاة من فرائضها وأنها لا تجزي قبل وقتها وهذا لا خلاف فيه بين العلماء)
(di dalamnya ~yaitu di dalam kisah Urwah bersama Umar bin Abdul Aziz~ ada dalil yang menunjukkan bahwasanya waktu sholat diantaranya sholat-sholat yang fardhu tidaklah sah ~jika dikerjakan~ sebelum waktunya. Hal ini tidak ada silang pendapat diantara ulama')

_____________________________________________________

Sumber Rujukan :

1 komentar:

Virus yg sangat berbahaya dalam diri gw. . virus "entar" entar.. Lg sibuk, entar masih ngantuk,entar klw udah tua, entar klw udah kaya.. Klw kesampean.. Klw mati ??..

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)