Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Dampak Negatif -Politik- Adu Domba [Devide Et Impera]


الحَمدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ، وَبَعدُ:
Sesungguhnya "adu domba" termasuk dosa besar yang sangat besar, yang Allah Subhanahu wata'ala dan Rasul-Nya Shollallahu 'alaihi wasallam telah berikan peringatan darinya. "Adu domba" adalah penyakit yang sulit diobati dan merupakan penyakit berbahaya, yang dapat membuat kerusakan di tengah-tengah masyarakat dan melahirkan permusuhan serta kebencian. Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ} [القلم: 10، 11]
"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, [Al Qolam : 10-11]

Al Imam Ibnu Katsir berkata : [مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ : yang kian ke mari menghambur fitnah] : yang berjalan diantara manusia dan mengadu-domba diantara mereka, serta menyebarkan kabar angin untuk merusak hubungan persahabatan dan hal itu berupa perkataan yang keji.[1]

Adu Domba, sebagaimana penjelasan Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam adalah menyebarkan perkataan manusia, sebagian mereka kepada sebagian yang lain dengan tujuan merusak. Al Imam Muslim meriwayatkan dalam Shohih-nya, dari hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiallohu 'anhu, beliau berkata : Sesungguhnya Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"أَلَا أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ؟[2] هِيَ النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ"[3].
Maukah kalian saya beritahukan tentang sesuatu yang sangat keji..??? Dia adalah "adu domba" menyebar ucapan diantara manusia.

Berkata Abus Sa'adat : "الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ" / "menyebar ucapan diantara manusia" maksudnya adalah "banyak berbicara dan membangkitkan permusuhan diantara sesama manusia."

Ibnu Abdil Bar menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir, beliau berkata :
يفسد النمام والكذاب في ساعة ما لا يفسد الساحر في سنة
Tukang Adu domba dan pendusta melakukan kerusakan dalam beberapa detik sebesar kerusakan yang tidak mampu dilakukan tukang sihir dalam waktu setahun.[4]

Tukang adu domba diancam dengan tidak dimasukkan ke dalam surga, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab shohihnya dari hadits Hammam bin Harits, beliau berkata : Dulu kami pernah duduk-duduk bersama Hudzaifah Radhiallohu 'anhu di masjid, kemudian datang seseorang sehingga diapun duduk bersama kami, maka disampaikan kepada Hudzaifah : "Sesungguhnya orang ini menyampaikan kepada penguasa beberapa perkara, lalu Hudzaifah berkata -dia hendak memperdengarkan kepadanya- : "saya pernah mendengar Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda" :
"لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ"
Tidak akan masuk surga "tukang fitnah"[5]

Berkata Ibnu Hajar : "القَتَّاتُ هو النَّمَّامُ "tukang fitnah" itu adalah "tukang adu domba", dan diriwayatkan dengan lafadz النَّمَّامُ/"tukang adu domba" pada hadits Abu Wa'il dari Hudzaifah yang terdapat di Shohih Muslim[6], ada yang berpendapat : Perbedaan antara القَتَّاتُ/"tukang fitnah" dengan النَّمَّامُ/"tukang adu domba" bahwa "tukang adu domba" itu adalah orang yang ada ketika kejadian lalu menyebarkan berita tentangnya, sedangkan "tukang fitnah" adalah orang yang mencuri dengar dari tempat yang tidak diketahui kemudian menyebarkan apa yang didengarnya"[7]

Tukang adu domba akan diazab dikuburannya sebelum hari kiamat, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab Shohihnya dari hadits Ibnu Abbas Radhiallohu 'anhuma, bahwasanya beliau berkata : Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu bersabda :
"إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ مِنْ كَبِيرٍ"
"Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab karena sesuatu yang besar"

Kemudian beliau bersabda :
"بَلَى، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَسْعَى بِالنَّمِيمَةِ، وَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ"
"Ya, Adapun salah seorang dari keduanya dahulu berusaha mengadu domba, dan adapun yang satunya lagi dahulu tidak berlindung dari kencingnya"

Ibnu Abbas Radhialllohu 'anhuma berkata : kemudian beliau Sholallahu 'alaihi wasallam mengambil dahan basah lalu membelahnya menjadi dua, kemudian menancapkan masing-masing dari kedua dahan tersebut diatas kuburan, kemudian beliau bersabda :
"لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا"
"semoga diringankan azab dari keduanya, selama kedua dahan ini belum kering"[8]

Tukang adu domba adalah hamba Allah yang paling buruk, Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abdurrahman bin Ghanam Radhiallohu 'anhu, bahwasanya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"خِيَارُ عِبَادِ اللهِ الَّذِينَ إِذَا رُؤُوا ذُكِرَ اللهُ، وَشِرَارُ عِبَادِ اللهِ الْمَشَّاؤُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ الْبُرَآءَ الْعَنَتَ"
"Sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang apabila dilihat, Allah diingat; dan seburuk-buruk hamba Allah adalah yang selalu berjalan mengadu domba, memisahkan antara orang yang saling mencintai, yang mencari dosa dan kesalahan orang-orang yang dikenal kebaikannya"[9]

Perbedaan antara ghibah dan adu domba; Ghibah adalah berbicara di belakang seseorang dengan sembunyi-sembunyi tentang keadaannya yang dia tidak senangi, adapun adu domba adalah menyebarkan pembicaraan yang bersumber dari orang lain dengan tujuan membuat kerusakan, berdasarkan hal ini maka ghibah asalnya merupakan pembicaraan yang bersumber dari orang yang melakukan ghibah adapun, adu domba maka dia merupakan pembicaraan yang bersumber dari orang lain. Perbedaan lainnya, ghibah terkadang dibolehkan dalam beberapa keadaan karena ada tujuan yang dibenarkan syari'at, adapun adu domba maka tidak ada seorangpun yang menyebutkan tentang bolehnya.

Berkata Imam Adz-Dzahabiy Rahimahullah : "Adu domba termasuk dosa besar, dan hukumnya haram berdasarkan ijma' kaum muslimin, serta tampak dengan jelas dalil-dalil syar'i dari Al Qur'an dan Sunnah yang menunjukkan atas pengharamannya. Telah terjawab pula sangkaan bahwa "adu domba" termasuk dosa kecil berdasarkan sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam :
"وَمَا يُعَذَّبَانِ مِنْ كَبِيرٍ"
"dan tidaklah keduanya diazab karena sesuatu yang besar"

bahwa yang dimaksud dengan "bukan sesuatu yang besar" adalah dalam hal meninggalkan dua perkara tersebut, atau "bukan sesuatu yang besar" menurut sangkaan mereka berdua, oleh karena itu disebutkan dalam riwayat yang lain :
"بَلَى إِنَّهُ كَبِيرٌ"
"ya, sesungguhnya itu adalah dosa besar"[10]

Ibnu Hajar berkata :
"وجه كونه أي (النم) كبيرة ما فيه من الإفساد، وما يترتب عليه من المضار، والحكم على ما هو كذلك بأنه كبير ظاهر جلي"
"Kondisi yang menyebabkannya yaitu (adu domba) menjadi dosa besar adalah hal-hal yang terkandung didalamnya berupa kerusakan dan hal-hal yang diakibatkannya berupa mudharat. Maka hukumnya sesuai dengan keadaannya juga demikian bahwa dia merupakan dosa besar yang nampak jelas[11]

Ibnu Hazm berkata :
"اتفقوا على تحريم الغيبة، والنميمة في غير النصيحة الواجبة وفيه دليل على أنها من الكبائر"
"Mereka sepakat atas haramnya ghibah dan namimah "adu domba" kecuali jika terdapat pada nasehat yang hukumnya wajib. Hal ini menjadi dalil bahwasanya dia [ghibah dan namimah] termasuk dosa besar"[12]

Imam Adz-Dzahabiy Rahimahullah berkata :
Setiap orang yang dibawakan kepadanya berita "adu domba", dikatakan kepadanya bahwa : "Si Fulan telah berbicara tentang kamu : "begini dan begitu"; maka dia harus tetap berada pada enam keadaan :
Pertama : Hendaknya tidak membenarkannya karena dia adalah tukang adu domba, fasiq dan tidak bisa diterima beritanya.
Kedua : Hendaknya melarang orang tersebut berbuat demikian, menasehatinya dan mencela perbuatannya.
Ketiga : Hendaknya membencinya karena Allah Azza wajalla, karena dia termasuk orang yang dibenci disisi Allah, sementara benci karena Allah itu hukunya wajib.
Keempat : Hendaknya tidak berprasangka buruk terhadap berita yang disebarkan tentangnya, karena Allah Ta'ala berfirman :
{اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ} [الحجرات: 12]
"Jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa." [Al Hujurat : 12]

Kelima : Hendaknya cerita tentang dirinya tersebut tidak membawanya kepada sikap memata-matai dan menyelidiki kebenaran berita itu, sebegai bentuk pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala :
{وَلَا تَجَسَّسُوا} [الحجرات: 12]
"Dan janganlah mencari-cari keburukan orang" [Al Hujurat : 12]

Keenam : Hendaknya tidak ridho ada pada diri sendiri keburukan tukang adu domba yang dia telah larang, maka hendaknya tidak ikut menceritakan berita adu dombanya.

Keburukan yang dibawa tukang "adu domba" sangat mudah memberikan pengaruh karena kehati-hatian terhadapnya kurang, sebab dia datang dengan wajah layaknya seorang penasehat yang penuh simpati. Sehingga jika engkau membenarkannya maka terwujudlah kerusakan yang diinginkan oleh tukang adu domba tersebut. Ibnu Hazm berkata : "Barangsiapa yang membawakanmu kebatilan maka dia akan pergi dari sisimu membawa kebenaran, hal itu terjadi karena orang yang memberimu berita dusta tentang seseorang yang mengusik aibmu, kemudian kamu menerimanya begitu saja, maka itu artinya dia pergi dari sisimu membawa kebenaran -atas penerimaanmu terhadap berita dustanya-. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap hal seperti ini, jangan jawab/terima kecuali perkataan yang menurutmu betul-betul benar bersumber dari orang yang mengucapkannya.[13]

Tukang adu domba itu banyak macamnya, dan diantara yang paling parah bahayanya adalah : Kelompok yang menjadikan profesinya sebagai pengobar fitnah antara ulama dan penguasa. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab shohihnya dari hadits Abdullah Radhiallohu 'anhu, beliau berkata : Tatkala selesai perang Hunain, Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam mengutamakan beberapa orang dalam pembagian rampasan perang, beliau memberikan Al Aqro' bin Habis seratus ekor unta, dan memberikan Uyainah sebanyak itu pula, beliau juga memberi beberapa orang dari pembesar Arab dan mengutamakan mereka pada waktu itu dalam pembagian harta rampasan perang. Kemudian ada seseorang yang berkata : Demi Allah, sesungguhnya pembagian ini tidak ada keadilan didalamnya, dan tidak diinginkan padanya wajah Allah. Abdullah berkata : maka saya berkata : Demi Allah akan kusampaikan berita ini kepada Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam. Abdullah berkata : Maka saya datangi dan sampaikan kepadanya apa yang orang tersebut katakan. Abdullah berkata : Rona wajahnya berubah sampai-sampai kelihatannya seperti pewarna pakaian merah, kemudian beliau bersabda :
"فَمَنْ يَعْدِلُ إِنْ لَمْ يَعْدِلِ اللهُ وَرَسُولُهُ؟!"
"Maka siapa lagi yang akan berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil?!"

Abdullah berkata : Kemudian Beliau bersabda :
"يَرْحَمُ اللهُ مُوسَى، قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ"
"Semoga Allah senantiasa merahmati Musa, sungguh dia telah disakiti lebih dari ini, lalu tetap bersabar"

Abdullah berkata : Saya berkata : Tidak boleh tidak, saya tidak akan menyampaikan kepadanya setelah kejadian ini, satu beritapun.[14]

Dan makna ini -tidak asal menyampaikan berita- yang Ibnu Mas'ud lebih menyukai untuk menjadikannya sikap rujukan terakhir; datang dalam sebuah hadits yang di-dho'ifkan sebagian ulama, terdapat dalam hadits tersebut :
"لَا يُبَلِّغْنِي أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِي عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا، فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ وَأَنَا سَلِيمُ الصَّدْرِ"
"Jangan ada seorangpun dari shahabatku yang menyampaikan kepadaku berita apapun tentang seseorang, karena sesungguhnya saya senang keluar kepada kalian dalam keadaan lapang dada"[15]

Kelompok "tukang adu domba" yang berikutnya adalah yang telah termakan hatinya oleh hasad, maka hampir-hampir setiap melihat pasangan atau dua shahabat yang saling mengasihi kecuali berusaha untuk memisahkan antara keduanya dengan jalan adu domba. Semua itu dilakukannya dibalik pakaian nasehat dan kasih sayang.

Diriwayatkan dari Umar bin Abdil Aziz Rahimahullah : Bahwasanya ada seseorang masuk menghadap beliau, kemudian menyebutkan kepadanya suatu berita tentang seseorang, maka Umar berkata kepada orang tersebut : Jika engkau mau, kita teliti masalahmu itu, maka jika engkau dusta berarti engkau masuk dalam ayat ini :
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا} [الحجرات: 6]
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti" [Al Hujurat : 12]

dan jika engkau jujur, berarti engkau masuk dalam ayat ini :
{هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ} [القلم:11]
"yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, [Al Qolam : 11]

dan jika engkau mau, kita berikan ampun kepadamu, lalu orang tersebut berkata : Ampun wahai Amirul Mu'minin, saya tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi selama-lamanya.[16]

Al Hasan Al Bashriy berkata :
من نَمَّ إِلَيكَ نَمَّ عَلَيكَ
Barangsiapa yang membawa berita adu domba kepadamu maka dia pasti menyebar berita adu domba tentangmu

Terapi mengobati penyakit "adu domba" : Hendaknya tukang adu domba mengetahui bahwa dia telah menawarkan dirinya untuk mendapatkan kemurkaan Allah dan siksa-Nya, demikian pula adu domba itu menghapuskan kebaikan-kebaikannya. Hendaknya setiap orang memikirkan segala aibnya dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membersihkannya. Hendaknya dia ketahui bahwa menyakiti orang lain dengan ghibah dan adu domba sama halnya dengan menyakiti dirinya dengan hal yang sama, maka bagaimana mungkin dia senang jika orang lain mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya sendiri tersakiti dengan hal tersebut. Seorang penyair berkata :
تَنَحَّ عَنِ النَّمِيمَةِ وَاجْتَنِبْهَا - فَإِنَّ النَّمَّ يُحْبِطُ كُلَّ أَجْرِ
يُثِيرُ أَخُو النَّمِيمَةِ كُلَّ شَرٍّ - وَيَكْشِفُ لِلخَلَائِقِ كُلَّ سِرِّ
وَيَقْتُلُ نَفْسَهُ وَسِوَاهُ ظُلْمًا - وَلَيْسَ النَّمُّ مِنْ أَفْعَالِ حُرِّ
Menyingkirlah dari adu domba dan jauhilah - Karena adu domba itu menghapus segala balasan kebaikan
Tukang adu domba mengobarkan semua bentuk keburukan - dan menyingkap dihadapan makhluk setiap rahasia
dia membunuh dirinya dan orang lain dengan kezholiman - dan adu domba itu tidaklah termasuk perbuatan orang mulia


وَالحَمدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجمَعِينَ.

_______________________________________________________

[1] Tafsir Ibnu Katsir 14/89
[2] العضة : Lafadz ini diriwayatkan dalam dua bentuk, yang pertama : العضة dengan mengkasrah 'ain dan menfat-hah dhod wazannya sama dengan العِدَة dan ini populer di kitab-kitab bahasa, yang kedua : العَضْه dengan menfat-hah 'ain dan men-sukun dhod wazannya sama dengan الوجه dan ini populer di kitab-kitab hadits. Makna dari "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ؟" : adalah "Sesuatu yang keji, yang keharamannya luar biasa"
[3] Shohih Riwayat Muslim No. 2606
[4] Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid H. 320
[5] Shohih Bukhari No. 6056 dan Shohih Muslim No. 105
[6] Shohih Muslim No. 105
[7] Fathul Bariy 10/473
[8] Shohih Bukhari No. 1378 dan Shohih Muslim No. 292
[9] Musnad Imam Ahmad 29/521 No. 17998, Muhaqqiq berkata : Derajatnya Hasan karena beberapa syawahid.
[10] Al Kaba'ir Hal. 160, dengan sedikit perubahan.
[11] Azzawajir 2/572
[12] Maratib Al Ijma' Hal. 156
[13] Al Akhlaq Wassiyar fie Mudawatinnufus Karya Ibnu Hazm Hal. 37
[14] Shohih Bukhari No. 3150 dan Shohih Muslim No. 1062, dan Lafadz ini miliknya.
[15] Sunan Abi Daud No. 4860
[16] Al Kaba'ir Karya Adz-Dzahabiy Hal. 160

_______________________________________________________

Sumber :

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)