Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Saatnya Memperbanyak Amal Sholeh

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ اْلعَزِيزُ اْلغَفُوْرُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مَا خُلِقْتُمْ عَبَثاً، وَأنَّ اللهَ جَعَلَ هَذِهِ الدُّنْيَا دَارَ عَمَلٍ وَالْآخِرَةَ دَارَ جَزَاءٍ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata'ala dengan mengerjakan amal saleh dan menjauhi segala yang diharamkan oleh-Nya. Dengan amal saleh yang dibangun di atas keimananlah seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)

Adapun kemaksiatan dan lemahnya iman, maka sudah menjadi sunatullah bahwa hal itu akan menjadi sebab datangnya bencana, rasa takut, dan berbagai malapetaka lainnya.

Hadirin rahimakumullah,
Amal saleh adalah bekal yang akan dibawa seseorang ketika keluar dari kehidupannya di dunia dan akan dirasakan buahnya di kehidupan akhirat nanti. Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ؛ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Ada tiga hal yang akan mengiringi orang yang meninggal dunia, yang dua akan kembali dan yang satu akan terus bersamanya. Keluarga, harta, dan amalnya akan mengiringinya, namun keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan bersamanya.”

Demikianlah, seseorang yang meninggal dunia akan berpisah dengan keluarga, kerabat, harta, dan kekayaannya. Yang menemaninya hanyalah amalnya. Apabila amalnya adalah amal saleh maka akan menjadi nikmat kubur baginya. Namun, apabila amalnya berupa kemaksiatan maka dia akan diazab karenanya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sahih, bahwa amal saleh yang dilakukan seseorang di alam kubur nanti akan berujud seseorang yang bagus wajahnya, indah pakaiannya, dan harum baunya. Adapun amal kemaksiatan akan berujud seseorang yang menakutkan wajahnya, jelek bajunya dan busuk baunya.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Maka dari itu, tidakkah seseorang mau memikirkan siapa yang akan menemaninya di alam kuburnya nanti? Tidakkah seseorang takut akan akibat kemaksiatan yang dilakukannya? Sungguh, kenyataan yang ada menunjukkan banyak di antara kita yang lalai. Banyak di antara kita yang kurang memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah kehidupannya di dunia ini.
Lihatlah, betapa banyaknya perbuatan maksiat yang dilakukan oleh kaum muslimin. Perbuatan syirik yang dikemas dalam bentuk praktik pengobatan—yang sesungguhnya merupakan praktik perdukunan—masih banyak tersebar di sekitar kita. Tata cara ibadah yang tidak ada tuntunannya telah menduduki kedudukan sunnah pada diri sebagian kaum muslimin. Begitu pula dosa-dosa besar lainnya seperti pencurian, perampokan, korupsi, judi, riba, suap-menyuap, zina, bahkan pembunuhan masih banyak dilakukan oleh sebagian orang yang mengaku dirinya muslim. Campur-baur antara laki-laki dan perempuan, menampakkan aurat, para wanita yang berbusana tetapi telanjang, juga merupakan pemandangan yang terlihat setiap hari. Kenyataan ini sungguh memilukan. Oleh karena itu, marilah kita memulai dari diri kita masing-masing. Marilah kita mengajak diri dan keluarga kita untuk memanfaatkan hidup di dunia ini dengan berbagai amal saleh.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Kalau kaum muslimin bersungguh-sungguh mempelajari Al-Qur’an, mereka akan mendapatkan betapa banyak dan beraneka ragam ayat yang berisi anjuran untuk beramal saleh. Di antaranya ada ayat yang jelas menyebutkan perintah untuk beramal. Ada pula ayat yang menyebutkan bahwa balasan yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wata'ala dipengaruhi oleh amalan yang dilakukan seseorang, seperti firman-Nya:
“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kalian tidaklah akan dibalasi kecuali dengan apa yang telah kalian kerjakan.” (Yasin: 54)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata'ala sebutkan balasan atas amalan seseorang. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (al-Kahfi: 107)

Allah Subhanahu wata'ala juga memberitakan sifat Maha Mengetahui-Nya terhadap segala yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, seperti dalam firman-Nya:
“Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mu’minun: 51)

Masih banyak lagi ayat lainnya. Semuanya memberikan dorongan kepada kita untuk memperbanyak amal saleh.

Hadirin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wata'ala juga telah memberitakan di dalam banyak ayat-Nya bahwa amalan yang dilakukan seseorang dicatat oleh malaikat dan di akhirat nanti akan diberikan catatan amalannya serta akan ditimbang dengan timbangan keadilan. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran, maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (al-A’raf: 8—9)

Oleh karena itu, setiap orang akan melihat balasan dari amalannya. Bahagia atau celakanya seseorang juga akan dipengaruhi oleh jenis amalan yang dilakukannya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (al-Zalzalah: 6—8)

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata'ala menjadikan kita semua orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Wallahu a’lamu bish-shawab.
اللُّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَانْفَعْنَا بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحِكِيمِ، وَأَجِرْنَا مِنَ الْعَذَابِ الْأَلِيمِ, وَثَبِّتْنَا عَلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ، وَتُوبُوا إِلَيْهِ يَتُبْ عَلَيْكُمْ، إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَعَثَهُ بَالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْن وَحُجَّةً عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ وَمِنَّةً عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ أَجمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wata'ala menjadikan dunia ini sebagai jalan menuju akhirat. Barang siapa yang mengisinya dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata'ala, yaitu dengan mentauhidkan-Nya dan mengikuti Rasul-Nya, dia akan berpindah dari tempat beramal menuju tempat pembalasan amal dengan mendapatkan kenikmatan surga. Dia akan berpindah dari tempat yang fana menuju tempat yang penghuninya akan hidup dan mendapatkan nikmat selamanya, tidak akan merasakan sakit, masa tua, dan tidak akan pernah sedih selamanya. Sebaliknya, barang siapa yang tidak menggunakan kehidupan dunianya untuk beramal saleh, dia justru menuruti hawa nafsunya dan menyelisihi utusan Allah Subhanahu wata'ala, dia akan berpindah dari dunia ini menuju tempat pembalasan amalan dengan mendapatkan azab yang sangat pedih.

Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, marilah kita selalu mengingat bahwa dunia ini adalah tempat untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata'ala. Dunia adalah tempat untuk melakukan muhasabah, yaitu mengintrospeksi diri akan amalan yang telah dilakukan untuk kemudian bertobat dan memperbaiki diri. Kehidupan dunia ini juga merupakan kesempatan untuk mencari bekal menuju tempat pembalasan amalan. Maka dari itu, sudah semestinya bagi kita yang masih dikaruniai kesempatan hidup, kesehatan, dan kekayaan, untuk segera menyibukkan diri dengan berbagai amal saleh. Ingatlah, Allah Subhanahu wata'ala telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (at-Tin: 4—8)

Hadirin rahimakumullah,
Ada sebuah pertanyaan yang sangat penting dan harus diketahui jawabannya: Kapankah suatu amal disebut amal saleh yang diterima oleh Allah Subhanahu wata'ala?
Amal tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wata'ala kecuali apabila memenuhi dua syarat. Syarat yang pertama adalah ikhlas dan syarat yang kedua adalah mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam. Kedua syarat ini terkumpul dalam firman Allah Subhanahu wata'ala:
“Bahkan, barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, dalam keadaan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 112)

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan dua hal. Yang pertama, barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah. Ini mengandung makna ikhlas. Yang kedua, berbuat kebaikan. Ini diwujudkan dalam bentuk mengikuti Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam. Merekalah yang akan diterima amalannya oleh Allah Subhanahu wata'ala.

Semoga Allah Subhanahu wata'ala memudahkan kita untuk senantiasa ikhlas dan mencontoh Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam, serta menerima seluruh amalan kita.

Kami tidak mencantumkan doa pada Rubrik Khutbah Jumat agar khatib yang ingin membaca doa memilih doa yang sesuai dengan keadaan masing-masing.

______________________________________________________

Sumber : Mencapai Kebahagiaan Dengan amal Shalih (Rubrik Khutbah Jum’at)-(ditulis oleh: Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.)

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)