Aisyah Radhiallahu 'anha berkata :
Bersama hadits diatas kita bisa mengambil pelajaran, antara lain :
Sumber : خطبة خسوف القمر 1429هـ - يحيى بن موسى الزهراني
خسفت الشمس في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فصلى رسول الله صلى الله عليه وسلم بالناس ، فقام فأطال القيام ، ثم ركع فأطال الركوع ، ثم قام فأطال القيام ، وهو دون الأول ، ثم ركع فأطال الركوع وهو دون الركوع الأول ، ثم سجد فأطال السجود ، ثم فعل في الركعة الثانية مثل ما فعل في الأولى ، ثم انصرف وقد انجلت الشمس ، فخطب الناس ، فحمد الله وأثنى عليه ثم قال : " إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته ، فإذا رأيتم ذلك فادعوا الله وكبروا ، وصلوا ، وتصدقوا ، ثم قال : يا أمة محمد ، والله ما من أحد أغير من الله أن يزني عبده أو تزني أمته ، يا أمة محمد لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلاً ولبكيتم كثيراً " [ البخاري ] .
Gerhana matahari pernah terjadi di zaman Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam, Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam sholat mengimami manusia, beliau berdiri dengan lama, lalu rukuk dengan lama, kemudian berdiri dengan lama, namun tidak lebih lama dibanding yang pertama, kemudian rukuk lagi dengan lama, namun tidak selama rukuk yang pertama, kemudian sujud dengan lama, lalu mengerjakan raka'at kedua seperti raka'at pertama, kemudian selesai -pelaksanaan sholat- dan matahari-pun telah nampak, lalu beliau berkhotbah dihadapan manusia, beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya kemudian bersabda : "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidaklah terjadi gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang, apabila kalian melihat -gerhana- itu terjadi maka berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah dan sholatlah serta bersedekahlah, kemudian beliau melanjutkan sabdanya : Wahai ummat Muhammad, demi Allah tidak ada seorang-pun yang lebih cemburu dibandingkan dengan Allah apabila hamba laki-laki atau perempuannya berzina, wahai ummat Muhammad sekiranya kalian mengetahui apa yang saya ketahui sungguh kalian akan sedikit tertawa dan sebaliknya akan banyak menangis. [Al Bukhoriy]Bersama hadits diatas kita bisa mengambil pelajaran, antara lain :
01. | Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan adalah salah satu ayat dari ayat-ayat Allah ta'ala untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengan peristiwa tersebut. | |
02. | Istilah al Kusuf berkaitan dengan matahari, berbeda dengan al Khusuf yang berkaitan dengan bulan. Dua istilah ini digunakan jika keduanya disebutkan bergandengan, dengan mengatakan : Kusuf untuk gerhana matahari dan Khusuf untuk gerhana bulan. Adapun jika keduanya disebutkan terpisah -bersendirian- maka bisa diistilahkan kusuf atau khusuf saja, dengan mengatakan : Kusuf untuk gerhana matahari dan Khusuf juga untuk gerhana matahari atau sebaliknya Kusuf untuk gerhana bulan dan Khusuf juga untuk gerhana bulan. | |
03. | Apabila terjadi kusuf dan khusuf, maka hendaknya manusia takut dan bangun melaksanakan sholat, berdo'a, bersedekah, takbir, tahlil dan berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan. Menjauhkan diri dari maksiat dan dosa serta bertaubat kepada Allah yang Maha Mengetahui perkara gaib. | |
04. | Ulama berbeda pendapat mengenai hukum sholat kusuf dan khusuf. Diantara mereka ada yang berpendapat : Hukumnya sunnah, dan diantara mereka ada yang berpendapat : Hukumnya wajib, ini pendapat yang dipilih oleh Al Allamah Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Rahimahullahu Ta'ala. Pendapat yang shohih adalah hukumnya sunnah mu'akkadah, ini pendapatnya mayoritas ulama. | |
05. | Disunnahkan pada sholat kusuf adanya satu khotbah, ini pendapatnya Assyafi'i, Ishaq dan kebanyakan dari ahli hadits. Berbeda dengan Al Hanafiyyah, Al Malikiyyah dan Al Hanabilah yang berpendapat bahwa sholat kusuf itu tanpa khotbah. Pendapat yang shohih dalam hal ini adalah disunnahkan pada sholat gerhana adanya khotbah, ini pendapat yang dipilih oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin. | |
06. | Bersegera bertaubat dan kembali kepada Allah sebelum datangnya kematian, penghancur segala kelezatan dan pemisah dari seluruh jama'ah, karena pada saat itu tidak bermanfaat lagi penyesalan. Tidaklah turun musibah kecuali karena adanya dosa dan tidaklah diangkat kecuali karena taubat. | |
07. | Hendaknya sholat dimulai pada awal terjadinya gerhana dan berakhir ketika gerhana selesai. | |
08. | Peringatan terhadap dosa dan maksiat, karena menjadi sebab kehancuran masyarakat dan individu. | |
09. | Sesungguhnya kusuf dan khusuf tidak terjadi karena mati atau hidupnya seorang pembesar, dan tidak pula karena matinya seorang alim, serta bukan karena matinya orang yang memiliki kedudukan tinggi dan tidak pula karena orang rendahan. Sekiranya seperti itu kejadiannya, maka pasti terjadi -gerhana- karena wafatnya manusia yang paling mulia dan manusia yang paling utama yang kedua kakinya pernah berpijak di bumi ini, yaitu Nabi kita Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi beliau mengarahkan ummatnya bahwa kusuf dan khusuf itu adalah dua tanda dari tanda-tanda -KEAGUNGAN- Allah, tidaklah terjadi gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, sesungguhnya Allah hanya menakut-nakuti hamba-Nya dengan gerhana tersebut. Maka keluar dengan adanya pengarahan ini orang yang berpendapat bahwa matahari atau bulan mengalami gerhana karena matinya seorang anak manusia. Sesungguhnya keduanya -matahari dan bulan- tidaklah mengalami gerhana karena kematian seorang alim atau ahli hikmah dan tidak pula orang dekat ataupun jauh. | |
10. | Allah Azza wajalla menampakkan kepada Nabi-Nya Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam sebagian perkara ghaib yang tidak bisa dijangkau seorangpun anak manusia. | |
11. | Boleh mengerjakan sholat gerhana pada waktu-waktu terlarang. Boleh ditegakkan setelah sholat ashar, dan setelah sholat subuh, karena sholat gerhana termasuk sholat yang memiliki sebab khusus, apabila sebabnya muncul maka ditegakkan pada waktu tersebut. | |
12. | Boleh mengerjakannya dua raka'at, pada setiap raka'at dengan dua rukuk, tiga, empat atau lima kali rukuk, karena hal tersebut ada riwayatnya dari para shahabat -semoga Allah meridhoi mereka semua-. Akan tetapi yang paling afdhol adalah mencukupkan diri dengan apa yang datang dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam. | |
13. | Hitungan raka'at sholat gerhana berpatokan pada rukuk yang pertama, bukan yang kedua, karena yang pertama inilah yang rukun. Sehingga barangsiapa yang luput tidak mendapatkan rukuk yang pertama dari raka'at pertama atau kedua, maka dia harus mengerjakan raka'at yang sempurna setelah imam salam. | |
14. | Telah diketahui bersama bahwa rukuk pada sholat gerhana lama sekali, lalu apa yang dibaca orang yang sholat gerhana pada saat rukuk? Sesungguhnya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam telah memberikan pengarahan dalam masalah tersebut, dengan sabdanya : | |
" فأما الركوع فعظموا فيه الرب " | ||
"dan adapun pada saat rukuk, agungkanlah rob kalian pada saat itu" | ||
Maka bisa membaca : | ||
سبحان ربي العظيم ، سبحان الله وبحمده ، سبحان الله العظيم ، سبحانك اللهم ربنا وبحمدك ، اللهم اغفر لي ، سبحان الله وبحمده عدد خلقه ورضا نفسه وزنة عرشه ومداد كلماته | ||
Maha Suci Rob-ku yang Maha Agung, Maha Suci Allah dan segala Puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung, Maha Suci Engkau ya Allah, Rob kami dan segala Puji bagi-Mu, ya Allah ampunilah saya, Maha Suci Allah dan segala Puji bagi-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, sebesar keridhoan diri-Nya dan seberat timbangan arsy-Nya serta sejauh bentangan kalimat-kalimat-Nya | ||
Adapun pada saat sujud, maka do'a diperbanyak pada saat itu, karena seorang hamba -kondisi- yang paling dekat dengan Rob-nya adalah ketika dia sementara sujud. Do'a diperbanyak karena seorang hamba layak untuk dikabulkan do'anya pada saat itu, dimana seorang hamba tunduk pada saat itu kepada Rob-Nya Subhanahu wata'ala, dia merendahkan ke tanah hidung dan dahinya karena ketundukan kepada Penciptanya yang Maha Suci. |
Sumber : خطبة خسوف القمر 1429هـ - يحيى بن موسى الزهراني
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)