Di dalam Al Qur’an, Allah ta’ala berfirman,
Al Imam Ibnu Katsir berkata,
“Malam-malam yang kesepuluh maksudnya adalah sepuluh Dzulhijjah. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Azzubair, Mujahid, dan banyak dari ulama salaf dan khalaf.”
Setelah menyebutkan sejumlah ucapan ulama tafsir tentang ayat di atas, seorang mufassir ternama, lbnu Jarir rahimahullâh, dalam Tafsir-nya, menyimpulkan bahwa “malam yang sepuluh” tersebut adalah malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir tentang hal tersebut. [Jâmi’ul Bayân 12/559]
Allah ‘azza wajalla juga berfirman,
Al Imam Ibnu Katsir mengatakan di dalam tafsir beliau tentang ayat ini,
“Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari-hari yang ditentukan di sini maknanya adalah hari yang sepuluh (pada awal bulan dzulhijjah). Diriwayatkan pula yang semisalnya dari Abu Musa Al Asy’ari, Mujahid, Atha’, Said bin Jubair, Al Hasan, Qatadah, Adh Dhahhak, Atha’ Al Khurasani serta Ibrahim An Nakha’i. Demikian pula madzhab Asy Syafi’i dan yang masyhur dari Imam Ahmad bin Hanbal.”
Berdasarkan keterangan-keterangan dari dua ayat di atas, bisa disimpulkan bahwa sepuluh hari Dzulhijjah merupakan hari-hari yang memiliki fadhilah yang sangat besar bagi kaum muslimin.
Selain itu, bila kita memperhatikan berbagai ibadah yang disyariatkan pada sepuluh hari Dzulhijjah ini, akan tampak dengan jelas berbagai keistimewaan sepuluh hari tersebut. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullâh berkata, “Yang tampak adalah bahwa keistimewaan sepuluh hari Dzulhijjah adalah karena (hari-hari itu merupakan) tempat berkumpulnya pokok-pokok ibadah, yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji, yang hal tersebut tidaklah terjadi pada (hari-hari) lain.” [Fathul Bâry 2/460]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga telah menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Hal tersebut dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Juga menunjukkan akan keutamaan sepuluh hari pertama dzulhijjah karena Di dalamnya ada hari Arafah. Hari Arafah adalah adalah hari Haji Akbar, hari diampuninya dosa dan pembebasan dari api neraka, jika tidak ada di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah kecuali hari Arafah maka hal itu sudah cukup sebagai satu keutamaan.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab:
Dalam hadits yang lain beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Selain itu di dalam sepuluh hari pertama dzulhijjah ada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah). Hari itu merupakan hari yang paling utama di dunia menurut pendapat sebagian para ulama Rasulullah bersabda :
Demikianlan beberapa keterangan yang menjelaskan dan membuktikan akan keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat meraih keutamaan pada hari-hari tersebut.
Sumber Rujukan :
وَالْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi waktu fajar dan demi malam yang kesepuluh.” (Al-Fajr : 1-2)Al Imam Ibnu Katsir berkata,
“Malam-malam yang kesepuluh maksudnya adalah sepuluh Dzulhijjah. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Azzubair, Mujahid, dan banyak dari ulama salaf dan khalaf.”
Setelah menyebutkan sejumlah ucapan ulama tafsir tentang ayat di atas, seorang mufassir ternama, lbnu Jarir rahimahullâh, dalam Tafsir-nya, menyimpulkan bahwa “malam yang sepuluh” tersebut adalah malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir tentang hal tersebut. [Jâmi’ul Bayân 12/559]
Allah ‘azza wajalla juga berfirman,
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan bagi orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (Al-Hajj : 28)Al Imam Ibnu Katsir mengatakan di dalam tafsir beliau tentang ayat ini,
“Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari-hari yang ditentukan di sini maknanya adalah hari yang sepuluh (pada awal bulan dzulhijjah). Diriwayatkan pula yang semisalnya dari Abu Musa Al Asy’ari, Mujahid, Atha’, Said bin Jubair, Al Hasan, Qatadah, Adh Dhahhak, Atha’ Al Khurasani serta Ibrahim An Nakha’i. Demikian pula madzhab Asy Syafi’i dan yang masyhur dari Imam Ahmad bin Hanbal.”
Berdasarkan keterangan-keterangan dari dua ayat di atas, bisa disimpulkan bahwa sepuluh hari Dzulhijjah merupakan hari-hari yang memiliki fadhilah yang sangat besar bagi kaum muslimin.
Selain itu, bila kita memperhatikan berbagai ibadah yang disyariatkan pada sepuluh hari Dzulhijjah ini, akan tampak dengan jelas berbagai keistimewaan sepuluh hari tersebut. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullâh berkata, “Yang tampak adalah bahwa keistimewaan sepuluh hari Dzulhijjah adalah karena (hari-hari itu merupakan) tempat berkumpulnya pokok-pokok ibadah, yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji, yang hal tersebut tidaklah terjadi pada (hari-hari) lain.” [Fathul Bâry 2/460]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga telah menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Hal tersebut dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَا مِنْ أيَّامٍ ، العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هذِهِ الأَيَّام )) يعني أيام العشر . قالوا : يَا رسولَ اللهِ ، وَلاَ الجِهَادُ في سَبيلِ اللهِ ؟ قَالَ : (( وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ ))
“Tiada hari yang amalan shalih padanya lebih Allah cintai daripada amalan di hari-hari ini. Yaitu sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah). Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya yang kemudian tidak kembali dari hal itu sedikit pun.” (HR. Al Bukhari)Juga menunjukkan akan keutamaan sepuluh hari pertama dzulhijjah karena Di dalamnya ada hari Arafah. Hari Arafah adalah adalah hari Haji Akbar, hari diampuninya dosa dan pembebasan dari api neraka, jika tidak ada di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah kecuali hari Arafah maka hal itu sudah cukup sebagai satu keutamaan.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْـمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)Dalam hadits yang lain beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim)Selain itu di dalam sepuluh hari pertama dzulhijjah ada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah). Hari itu merupakan hari yang paling utama di dunia menurut pendapat sebagian para ulama Rasulullah bersabda :
أَعْظَمُ الْأَياَّمِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ [رواه أبو داود والنسائي وصححه الألباني]
“Hari yang paling utama di dunia adalah hari Nahr kemudian hari Qorr.” [HR. Abu Daud dan Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani]Demikianlan beberapa keterangan yang menjelaskan dan membuktikan akan keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat meraih keutamaan pada hari-hari tersebut.
Sumber Rujukan :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)