Kemaha-Tinggian Allah Subhanahu wata'ala terbagi dua :
Maha Tinggi Zat-Nya dalam artian Zat Allah Subhanahu wata'ala diatas seluruh makhluk ciptaan-Nya, Al Qur'an dan Sunnah serta ijma' dan fitrah manusia telah menunjukkan hal tersebut.
Di dalam Al Qur'an dan Sunnah, penuh dengan dalil berupa nash tersurat atau yang secara zohir jelas menetapkan ketinggian Zat Allah Subhanahu wata'ala.
Bentuk-bentuk redaksi Al Qur'an dan Sunnah yang menunjukkan Kemaha-Tinggian Allah Subhanahu wata'ala sangat beragam diantaranya dengan bentuk :
Pertama :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang akan Kemaha-Tinggian Allah di atas makhluk ciptaan-Nya ditambah dengan penggunaan kata (مِنْ) yang secara khusus menetapkan ketinggian Zat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Kedua :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang akan Kemaha-Tinggian Allah secara mutlak, tinggi dari segala sisi, baik dari sisi zat, kekuasaan dan kemuliaan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Terdapat pula dalam hadits nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bahwasanya disyariatkan bagi seorang hamba untuk membaca do'a pada saat sujud, dalam keadaan sangat rendah karena meletakkan anggota tubuhnya yang paling mulia yaitu wajah di lantai untuk membaca do'a berikut :
Maka seorang hamba yang sedang sujud memuji rob-nya dengan sifat Maha Tinggi, sementara dia sendiri hamba yang lagi sujud tersebut dengan keadaannya yang rendah dan menundukkan seluruh anggota badannya, semata-mata tunduk dan merendahkan diri kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Ketiga :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang keberadaan Allah di atas langit, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Juga sebagaimana dalam sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam :
Keempat :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang ketinggian Allah Subhanahu wata'ala bersemayam diatas arsy, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Juga sebagaimana dalam sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam ketika menyebutkan tentang syafa'atnya pada hari kiamat nanti :
Kelima :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang bahwa segala sesuatu itu naik kepada Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Juga sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata'ala :
Juga sebagaimana dalam hadits-hadits tentang Mi'rajnya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam yang merupakan hadits-hadits mutawatir, didalam hadits-hadits tersebut diberitakan bahwa Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam dimi'rojkan atau diangkat ke langit dunia, kemudian ke langit kedua, lalu ke langit ketiga demikian seterusnya sampai beliau tiba di Sidratul Muntaha' diatas langit ketujuh, kemudian Allah Subhanahu wata'ala berbicara kepada beliau dan mewajibkan untuknya sholat lima puluh kali. Lalu beliau turun kepada Musa Alaihissalam di langit keenam, maka Musa Alaihissalam memberi petunjuk kepada Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam agar kembali kepada Tuhannya, untuk meminta keringanan. Maka Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam naik kepada Rob-nya yang maha tinggi untuk meminta keringanan, lalu Allah Subhanahu wata'ala memberikan keringanan menjadi empat puluh kali sholat, hal tersebut terus terjadi, yaitu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam selalu bolak-balik, turun kepada Nabi Musa Alaihissalam dan naik kepada Allah Subhanahu wata'ala untuk meminta keringanan, sampai Allah yang Maha Pencipta memberikan keringanan dan menjadikan sholat yang Dia perintahkan menjadi sholat lima waktu.
Keenam :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang turunnya Al-Kitab Al Qur'an dari Allah Subhanahu wata'ala, serta turunnya Jibril Alaihissalam membawa Al Qur'an dari Allah Subhanahu wata'ala, dimana seluruh ummat manusia memahami bahwa "turun" itu dari atas ke bawah, Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Juga dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
Ketujuh :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang turunnya Allah Subhanahu wata'ala ke langit dunia setiap malam, sungguh telah tetap adalanya didalam dua kitab shohih (Shohih Bukhori dan Muslim) serta kitab-kitab lainnya dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda :
Hadits tersebut merupakan hadits yang mutawatir diriwayatkan dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, dalam sebagian lafadz hadits, ada tambahan diakhirnya " ثم يصعد " "kemudian Dia naik" [HR. Abu Uwanah & Ad Daroquth-ni].
Kedelapan :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang ke-Maha Tinggian Allah Subhanahu wata'ala dengan pertanyaan "الأين" "dimana..??", sebagaimana pertanyaan Hamba yang paling mengenal Rob-nya, paling tulus menasehati ummatnya dan paling terang penjelasannya tentang makna yang benar, pertanyaan yang ditujukan kepada seorang budak wanita : "أين الله?" "dimana Allah..?" budak wanita tersebut menjawab : في السماء "diatas langit", Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada tuannya :
Bersambung, nantikan kelanjutannya insya Allah pada pembahasan 'Uluwwullahi Ta'ala [Kemaha Tinggian Allah Ta'ala] Part. 2
Terjemah Bebas Kitab Tas-hil Al Aqidah Al Islamiyah karya Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin.
- Kemaha-Tinggian Zat-Nya dan
- Kemaha-Tinggian sifat-Nya
Maha Tinggi Zat-Nya dalam artian Zat Allah Subhanahu wata'ala diatas seluruh makhluk ciptaan-Nya, Al Qur'an dan Sunnah serta ijma' dan fitrah manusia telah menunjukkan hal tersebut.
Di dalam Al Qur'an dan Sunnah, penuh dengan dalil berupa nash tersurat atau yang secara zohir jelas menetapkan ketinggian Zat Allah Subhanahu wata'ala.
Bentuk-bentuk redaksi Al Qur'an dan Sunnah yang menunjukkan Kemaha-Tinggian Allah Subhanahu wata'ala sangat beragam diantaranya dengan bentuk :
Pertama :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang akan Kemaha-Tinggian Allah di atas makhluk ciptaan-Nya ditambah dengan penggunaan kata (مِنْ) yang secara khusus menetapkan ketinggian Zat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ} [النحل: 50]
"Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka" [An Nahl : 50]Kedua :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang akan Kemaha-Tinggian Allah secara mutlak, tinggi dari segala sisi, baik dari sisi zat, kekuasaan dan kemuliaan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ} [الشورى: 4] [البقرة: 255]
Dan Dialah (Allah) Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. [Al Baqoroh : 255 dan Asyuuro : 4]Terdapat pula dalam hadits nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bahwasanya disyariatkan bagi seorang hamba untuk membaca do'a pada saat sujud, dalam keadaan sangat rendah karena meletakkan anggota tubuhnya yang paling mulia yaitu wajah di lantai untuk membaca do'a berikut :
"سبحان ربي الأعلى"
"Maha Suci Rob-ku yang Maha Tinggi"Maka seorang hamba yang sedang sujud memuji rob-nya dengan sifat Maha Tinggi, sementara dia sendiri hamba yang lagi sujud tersebut dengan keadaannya yang rendah dan menundukkan seluruh anggota badannya, semata-mata tunduk dan merendahkan diri kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Ketiga :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang keberadaan Allah di atas langit, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ} [الملك: 16]
"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di atas langit" [Al Mulk : 16]Juga sebagaimana dalam sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam :
ألا تأمنوني وأنا أمين من في السماء
"Mengapa kalian tidak mempercayaiku, sementara aku adalah orang kepercayaan Allah yang di atas langit" [HR. Bukhari dan Muslim]Keempat :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang ketinggian Allah Subhanahu wata'ala bersemayam diatas arsy, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} [طه: 5]
"(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy." [Tho-ha : 5]Juga sebagaimana dalam sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam ketika menyebutkan tentang syafa'atnya pada hari kiamat nanti :
"فآتي باب الجنة فيفتح لي، فآتي ربي تبارك وتعالى وهو على كرسيه أو سريره فأخر له ساجد اً"
"Kemudian aku datangi pintu surga lalu dibukalah untukku, kemudian aku datangi Tuhanku tabaaroka wata'ala, dan dia diatas kursi atau di atas singgasana-Nya, maka akupun turun bersujud kepada-Nya." [HR. Abu Ahmad Al Assal dalam kitab Al Ma'rifah]Kelima :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang bahwa segala sesuatu itu naik kepada Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ} [المعارج:4]
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan" [Al Ma'arij : 4]Juga sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata'ala :
{إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ} [فاطر: 10]
"Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik" [Fathir : 10]Juga sebagaimana dalam hadits-hadits tentang Mi'rajnya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam yang merupakan hadits-hadits mutawatir, didalam hadits-hadits tersebut diberitakan bahwa Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam dimi'rojkan atau diangkat ke langit dunia, kemudian ke langit kedua, lalu ke langit ketiga demikian seterusnya sampai beliau tiba di Sidratul Muntaha' diatas langit ketujuh, kemudian Allah Subhanahu wata'ala berbicara kepada beliau dan mewajibkan untuknya sholat lima puluh kali. Lalu beliau turun kepada Musa Alaihissalam di langit keenam, maka Musa Alaihissalam memberi petunjuk kepada Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam agar kembali kepada Tuhannya, untuk meminta keringanan. Maka Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam naik kepada Rob-nya yang maha tinggi untuk meminta keringanan, lalu Allah Subhanahu wata'ala memberikan keringanan menjadi empat puluh kali sholat, hal tersebut terus terjadi, yaitu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam selalu bolak-balik, turun kepada Nabi Musa Alaihissalam dan naik kepada Allah Subhanahu wata'ala untuk meminta keringanan, sampai Allah yang Maha Pencipta memberikan keringanan dan menjadikan sholat yang Dia perintahkan menjadi sholat lima waktu.
Keenam :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang turunnya Al-Kitab Al Qur'an dari Allah Subhanahu wata'ala, serta turunnya Jibril Alaihissalam membawa Al Qur'an dari Allah Subhanahu wata'ala, dimana seluruh ummat manusia memahami bahwa "turun" itu dari atas ke bawah, Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ} [البقرة:4]
"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu" [Al Baqoroh : 4]Juga dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ} [النحل:102]
"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu" [An Nahl : 102]Ketujuh :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang turunnya Allah Subhanahu wata'ala ke langit dunia setiap malam, sungguh telah tetap adalanya didalam dua kitab shohih (Shohih Bukhori dan Muslim) serta kitab-kitab lainnya dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda :
" ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر، فيقول: من يدعوني فأستجيب له، من يسألني فأعطيه، من يستغفرني فأغفر له، حتى يطلع الفجر "
Rob kita tabaroka wata'ala turun setiap malam ke langit dunia, ketika sisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman : "Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do'anya, barang siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku berikan permintaannya dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan untuknya". Hal itu sampai terbit fajar. [HR. Bukhori & Muslim]Hadits tersebut merupakan hadits yang mutawatir diriwayatkan dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, dalam sebagian lafadz hadits, ada tambahan diakhirnya " ثم يصعد " "kemudian Dia naik" [HR. Abu Uwanah & Ad Daroquth-ni].
Kedelapan :
Keterangan yang sangat jelas dan gamblang tentang ke-Maha Tinggian Allah Subhanahu wata'ala dengan pertanyaan "الأين" "dimana..??", sebagaimana pertanyaan Hamba yang paling mengenal Rob-nya, paling tulus menasehati ummatnya dan paling terang penjelasannya tentang makna yang benar, pertanyaan yang ditujukan kepada seorang budak wanita : "أين الله?" "dimana Allah..?" budak wanita tersebut menjawab : في السماء "diatas langit", Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada tuannya :
" أعتقها، فإنها مؤمنة"
"Merdeka-kan dia!, sesungguhnya dia adalah wanita beriman" [HR. Muslim]Bersambung, nantikan kelanjutannya insya Allah pada pembahasan 'Uluwwullahi Ta'ala [Kemaha Tinggian Allah Ta'ala] Part. 2
Terjemah Bebas Kitab Tas-hil Al Aqidah Al Islamiyah karya Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)