Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Adab Sopan Santun bagi Penuntut Ilmu [4]

Obat Penyakit Futur
Foto : Mari Belajar Agama Islam
Tidak Pantas Rasa Malu yang ada pada Seorang Penuntut Ilmu, Mencegahnya untuk Bertanya

Oleh karena itu sebagian Ulama' Salaf berkata :
" لا يتعلم العلم مستحٍ ولا مستكبر "
"Tidak akan pernah mendapatkan ilmu, orang yang pemalu dan tidak pula orang yang sombong"

Sifat sombong yang ada pada dirinya, membawanya untuk ta'ajub, kagum pada dirinya sendiri, dan tetap diatas kejahilannya. Demikian pula sifat malu membawanya untuk tidak menuntut ilmu atau tidak mengambil faedah dari orang-orang yang memiliki ilmu, sehingga tetap berada diatas kejahilannya.

Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shohihnya, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Ummu Salamah, beliau berkata :
جاءت أم سليم إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت: يا رسول الله صلى الله عليه وسلم! إن الله لا يستحي من الحق فهل على المرأة من غسل إذا احتلمت؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " نعم، إذا رأت الماء" فقالت أم سلمة: يا رسول الله! وتحتلم المرأة؟ فقال: "تربت يداك. فبم يشبهها ولدها ".
Ummu Sulaim pernah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, lalu bertanya, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, maka apakah bagi wanita itu ada kewajiban mandi apabila ia bermimpi?”. Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Ya, apabila ia melihat air (mani)”. Berkata Ummu Salamah, “Wahai Rosulullah, apakah wanita itu bermimpi?”. Beliau menjawab, “Mudah-mudahan kedua tanganmu penuh berkah, maka dengan apakah anaknya menyerupai ibunya?”.

Perhatikan ini! Ibnu Abbas Rodhiallohu 'anhuma, dengan semangatnya untuk mulazamah -senantiasa belajar- bersama Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam, sebelum beliau wafat, serta do'a Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam untuknya, dia tetap bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dari fuqoha' ~orang-orang~ dikalangan Sahabat setelah wafatnya Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam. -Berdasarkan riwayat- dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Rodhiallohu 'anhuma, beliau berkata :
" لما قبض رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت لرجل من الأنصار: هلم فلنسأل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فإنهم اليوم كثير قال: فقال: واعجبا لك أترى الناس يفتقرون إليك؟ قال: فترك ذلك وأقبلت أسأل، فإن كان ليبلغني الحديث عن رجل فآتي بابه وهو قائل فأتوسد ردائي على بابه تسفي الريح علي من التراب فيخرج فيراني فيقول: يا ابن عم رسول الله ما جاء بك هلا أرسلت إلي فآتيك ؟ فأقول: لا أنا أحق أن آتيك فأسأله عن الحديث فعاش الرجل الأنصاري حتى رآني وقد اجتمع الناس حولي ليسألوني فقال: هذا الفتى كان أعقل مني "
Ketika Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam telah wafat, saya berkata kepada salah seorang dari kaum Anshor : Kemarilah, mari kita bertanya kepada para sahabat Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, jumlah mereka sekarang banyak.
Ibnu Abbas berkata, lalu orang tadi berkata: 'Aneh sekali kamu ini, Tidakkah kamu tahu bahwa justru merekalah yg membutuhkan kamu. Ibnu Abbas berkata : Maka orang tersebut membiarkan panggilanku, sementara saya selalu bertanya dan bertanya. Jika saya memperoleh informasi bahwa ada suatu hadits pada seseorang, maka segera saya datangi pintu rumahnya. Kata Ibnu'Abbas : '-Suatu saat- pernah saya menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku' , lalu berkata:
'Wahai Anak Paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yg membuatmu datang (kesini)?
Mengapa tidak kamu utus seseorang lalu saya yang menemuimu?', saya menjawab: 'Tidak, saya lebih layak untuk menemuimu lalu saya menanyakannya tentang suatu hadits. 'Orang Anshor -yang pernah saya ajak- tersebut masih hidup hingga ia melihatku dalam keadaan orang banyak berkumpul disekitarku untuk bertanya -menggali ilmu-', maka orang tersebut berkata:
'Pemuda ini memang lebih cerdas dibandingkan saya'.
[1]

Tawadhu' -Rendah Hati-, dan Sakinah -Ketenangan- serta Membuang Jauh-Jauh Kesombongan dan Kecongkakan serta Arogansi

Umar bin Khottob Radhiallohu 'anhu berkata :
تعلّموا العلم، وتعلّموا له السكينةَ والوقار، وتواضعوا لمن تعلّمون، وليتواضع لكم من تعلِّمون، ولا تكونوا جبابرة العلماء، ولا يقوم علمكم مع جهلكم
"Tuntutlah ilmu, pelajarilah -bahwa- bagi ilmu itu ada ketenangan dan harga diri, rendah dirilah kepada orang yang mengajarimu maka akan merendah diri pula kepadamu orang-orang yang kalian ajari, janganlah kalian menjadi ulama yang otoriter, tidak akan kokoh ilmu kalian bersama dengan kejahilan kalian"[2]

Imam Malik menulis kepada Ar-Rasyid :
"إذا علمت علماً فليُرَ عليك أثره وسكينته وسمته ووقاره وحلمه"
"Apabila engkau telah mengetahui suatu ilmu, maka hendaknya terlihat padamu : pengaruhnya, ketenangan karenanya, keindahannya dan kehormatannya serta kemurahan hati -yang dilahirkannya-"[3]

Al Imam Asy-Syafi'i berkata :
"لا يطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح، ولكن من طلبه بذلّ النفس وضيق العَيش وخدمة العلماء أفلح"
"Tidaklah seseorang menuntut ilmu agama ini dengan kekuasaan dan kedudukan dirinya lalu berhasil -mendapatkannya-, akan tetapi barangsiapa yang mencarinya dengan merendahkan diri dan kesempitan hidup serta menjadi pelayan ulama maka dia akan berhasil -mendapatkan apa yang dia cari-"[4]

Semangat dalam Menuntut Ilmu

Hendaknya engkau memiliki cita-cita yang tinggi dalam menuntut ilmu; jangan merasa cukup dengan ilmu yang sedikit padahal masih sangat mungkin untuk menambah dan memperbanyaknya, jangan merasa puas dari warisan para Nabi -Sholawatullahi alaihim- meski karena telah mendapatkannya sedikit, jangan condong pada sifat malas, lamban dan menunda-nunda, jadikanlah panutanmu para ulama yang aktif, yang senantiasa bersungguh-sungguh dan berlomba-lomba dalam medan ilmu ini. jangan menunda mendapatkan faidah yang mungkin bagimu mendapatkannya, jangan sampai angan-angan yang panjang dan sifat suka menunda-nunda menyibukkanmu dari mendapatkan faidah tersebut, karena sesungguhnya sifat menunda-nunda itu punya hal-hal yang bisa merusak, dan juga apabila engkau telah berhasil mendapatkan faidah ilmu tersebut sekarang, maka bisa jadi lain lagi faidah yang ada -yang bisa didapatkan- di kesempatan berikutnya.

Manfaatkan sebaik-baiknya waktu luang dan semangatmu selagi ada, serta masa sehatmu, selagi masih muda dan otak masih mudah mencerna serta kesibukan masih sangat sedikit. Sebelum datangnya hal-hal yang membuatmu tidak mampu beraktifitas atau karena banyaknya penghalang yang harus diurus dan diselesaikan.

Seyogyanya bagi anda "wahai-penuntut ilmu" untuk memberi perhatian terhadap pengumpulan kitab-kitab yang dibutuhkan sesuai kemanpuanmu, karena kitab-kitab tersebut merupakan sarana dalam mendapatkan ilmu, namun jangan jadikan pengumpulan kitab dan banyaknya kitab (tapi tanpa mengambil faidahnya) sebagai tanda kesuksesanmu dalam menuntut ilmu, dan jangan jadikan pula pengumpulan kitab tersebut sebagai tanda dalamnya pemahamanmu, akan tetapi wajib bagimu untuk mengambil faidah dari kitab-kitab tersebut sesuai dengan kemampuanmu.

Ibnu Jama'ah Al Kinaniy berkata :
"الذي ينبغي لطالب العلم أن لا يخالط إلا من يفيده أو يستفيد منه... فإن شرع أو تعرض لصحبة من يضيع عمره معه ولا يفيده ولا يستفيد منه ولا يعينه على ما هو بصدده فليتلطّف في قطع عشرته من أول الأمر قبل تمكّنها، فإن الأمور إذا تمكّنت عسرت إزالتها"
"Hal yang sebaiknya dilakukan oleh penuntut ilmu adalah hendaknya tidak bergaul kecuali dengan orang-orang yang memberi faidah kepadanya atau yang mengambil faidah darinya, apabila ada orang yang memulai atau mengajak untuk bersahabat dengannya, orang yang bisa menyia-nyiakan umurnya, tidak memberinya faidah dan tidak pula mengambil faidah darinya serta tidak membantunya atas apa yang digelutinya sekarang, maka hendaknya dia berlaku lemah lembut dalam memutuskan pergaulan dengannya di awal kali, sebelum semakin erat, karena sesungguhnya segala perkara jika semakin erat maka akan semakin sulit melepaskannya"[5]

Memilah-milih Sahabat

Berusahalah untuk memilih sahabat yang sholeh yang baik keadaannya, banyak menyibukkan diri dengan ilmu, bagus perangainya, bisa membantumu dalam menggapai tujuan dan cita-citamu, menolongmu dalam menyempurnakan faidah yang engkau dapatkan, memberimu semangat untuk lebih giat dalam menuntut ilmu, meringankan rasa jemu dan capek yang engkau rasakan, terpercaya dan teguh memegang agamanya, amanah dan punya akhlak yang mulia, menjadi penasehat bagimu karena Allah bukan sekedar main-main dan senda gurau. Silahkan rujuk kitab "Tadzkirah Assaami'" karya Ibnu Jama'ah.

Jauhilah teman-teman yang buruk!, karena sesungguhnya akhlak buruk itu bisa menular, dan pembawaan manusia bisa membawa apa saja serta tabiatnya suka menjiplak. Manusia itu ibaratnya sekawanan burung yang wataknya bisa ditempa untuk saling mencontoh satu sama lain. Oleh karena itu berhati-hatilah bergaul dengan orang-orang seperti itu -yang buruk- karena sesungguhnya teman yang seperti itu adalah penyakit. Menolak -sesuatu yang belum melekat- lebih mudah daripada melepasnya.

_______

[1]Il Ishobah Karya Ibnu Hajar, Biografi Abdullah bin Abbas (4/90)
[2]Lihat : Az Zuhd Karya Al Waki' (275)
[3]Lihat : Tadzkiroh Assaami' wal Mutakallim (h. 15-16)
[4]Lihat : Tadzkiroh Assaami' wal Mutakallim (h. 71-72)
[5]Lihat : Tadzkiroh Assaami' wal Mutakallim (h. 83)
______________

Sumber : آداب طلب العلم
_____________________

Istifaadah : KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU SYAR’IY

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)