عن أبي حازم سلمة بن دينار قال: "وجدت الدنيا شيئين: فشيء هو لي، وشيء لغيري، فأما ما كان لي: فلو طلبته قبل أجله لم أقدر عليه، وأما الذي هو لغيري فلم أصبه فيما مضى، ولا أرجوه فيما بقي، إن رزقي يُمنع من غيري، كما يُمنع رزق غيري مني، ففي أي هذين أفني عمري؟".
Dari Abu Hazim Salamah bin Dinar beliau berkata : Aku mendapati dunia itu ada dua bagian, yang pertama adalah bagianku dan yang kedua adalah bagian orang lain; Adapun yang menjadi bagianku, sekiranya aku cari sebelum waktu -yang ditentukan untuk mendapatkan-nya maka aku tidak akan mampu -mendapatkannya-. Adapun bagian orang lain, maka aku tidak akan mendapatkannya pada waktu yang telah berlalu, dan juga aku tidak berharap untuk mendapatkannya pada waktu yang akan datang. Sesungguhnya rezkiku terhalang bagi orang lain untuk mendapatkannya, sebagaimana rezki orang lain juga terhalang bagiku untuk mendapatkannya, maka dari dua hal ini dimanakah aku akan habiskan umurku..???
_______________________________________
Sumber : مع السلف في التوكل
وقيل له: ما مالُك؟ فقال: "ثقتي بالله، وإياسي مما في أيدي الناس".
Abu Hazim Salamah bin Dinar pernah ditanya : Apa hartamu..??? Beliau menjawab : Kepercayaanku kepada Allah dan Keputusasaanku terhadap apa yang ada ditangan manusia. وقيل عن محمد بن كعب أنه كانت له أملاك بالمدينة، وحصّل مالا مرّة فقيل له: "ادّخر لولدك"، قال: "لا، ولكن أدّخره لنفسي عند ربي، وأدّخر ربي لولدي".
Diceritakan dari Muhammad bin Ka'ab bahwasanya dia memiliki harta kekayaan di Madinah, dan dia berhasil mendapatkan harta lagi, maka dikatakan kepadanya : "simpan untuk anakmu!", dia menjawab :"tidak, akan tetapi aku akan simpan untuk diriku sendiri di sisi Rob-ku, dan aku simpan Rob-ku untuk anakku".عن أبي قدامة الرملي قال: "قرأ رجل هذه الآية: {وتوكل على الحي الذي لا يموت وسبح بحمده وكفى به بذنوب عباده خبيرا} (الفرقان:58)، فأقبل عليّ سليمان الخوّاص، فقال: يا أبا قدامة! ما ينبغي لعبد بعد هذه الآية أن يلجأ إلى أحد بعد الله في أمره، انظر كيف قال الله تبارك وتعالى: {وتوكل على الحي الذي لا يموت} ، فأخبرك أنه لا يموت، وأن جميع خلقه يموتون، ثم أمرك بعبادته، فقال: {وسبح بحمده}، ثم أتبعها بقوله: {وكفى به بذنوب عباده خبيرا}، فأخبرك بأنه خبير بصير. ثم قال سليمان: والله يا أبا قدامة! لو عامل عبدٌ ربه بحسن التوكل وصدق النية له بطاعته، لاحتاجت إليه الأمراء فمن دونهم، فكيف يكون هذا محتاجاً، وملجؤه إلى الغني الحميد؟!".
Dari Ibnu Qudamah Arromliy, beliau berkata : Ada Seseorang membaca ayat ini : {Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.} [TQS. Al Furqon (25):58], Kemudian datang kepadaku Sulaiman Al Khowwash, lalu berkata : Wahai Abu Qudamah! tidak pantas bagi seorang hamba setelah turunnya ayat ini untuk menyandarkan urusannya kepada seorangpun setelah Allah, perhatikan bagaimana Allah tabaaroka wata'ala berfirman : {Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati}, maka Dia telah memberitahukanmu bahwa Dia tidak mati, dan sesungguhnya seluruh makhluknya akan mati. Lalu Dia perintahkan kepadamu untuk menyembahnya, Allah berfirman : {dan bertasbihlah dengan memuji-Nya}, kemudian melanjutkan ayat ini dengan firman-Nya : {Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.}, maka Dia telah memberitahukanmu bahwa Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Kemudian Sulaiman bersumpah : Demi Allah! wahai Abu Qudamah, sekiranya seorang hamba berinteraksi bersama Rob-nya dengan tawakkal yang baik dan niat yang benar hanya karena Allah, dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, maka sungguh para penguasa dan orang yang dibawah kekuasaannya akan butuh kepadanya, bagaimana mungkin hamba ini yang butuh -kepada mereka- sementara tempat bersandarnya kepada yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji?قيل لحاتم الأصم: "على ما بنيت أمرك في التوكل؟"، قال: "على خصال أربعة: علمت أن رزقي لا يأكله غيري، فاطمأنت به نفسي، وعلمت أن عملي لا يعمله غيري، فأنا مشغول به، وعلمت أن الموت يأتي بغتة فأنا أبادره، وعلمت أني لا أخلو من عين الله، فأنا مستح منه".
Hatim Al 'Ashom pernah ditanya : Engkau bangun atas dasar apa urusanmu dalam kaitannya dengan tawakkal..???, beliau menjawab : "Atas dasar empat sifat; Aku mengetahui bahwa rezkiku tidak akan dimakan orang lain, maka hatiku tenang karenanya; Aku mengetahui bahwa amalku tidak akan diamalkan orang lain maka aku menyibukkan diri dengannya; dan aku mengetahui bahwa kematian itu datangnya tiba-tiba maka aku mendahuluinya; serta aku mengetahui bahwa aku tidak luput dari pandangan mata Allah, maka aku malu dari-Nya.عن شقيق البلخي قال: "لكل واحد مقام: فمتوكل على نفسه، ومتوكل على لسانه، و متوكل على سيفه، ومتوكل على سلطانه، ومتوكل على الله، فأما المتوكل على الله عزوجل فقد وجد الراحة، فإن الله عزوجل يقول: {وتوكل على الحي الذي لا يموت} (الفرقان:58)، وأما من كان مستروحاً إلى غيره، فيوشك أن ينقطع به فيشقى، وإنما التوكل طمأنينة القلب بموعود الله عزوجل".
Dari Syaqiq Al Bal-khiy, beliau berkata : Setiap orang memiliki tempat berpijak; ada yang tawakkal kepada dirinya sendiri, ada yang tawakkal kepada lisannya, ada yang tawakkal kepada senjatanya, dan ada yang tawakkal kepada penguasanya serta ada yang tawakkal kepada Allah. Adapun orang yang tawakkal kepada Allah Azza wajalla maka sungguh telah mendapatkan ketenangan, karena sesungguhnya Allah Azza wajalla berfirman : {Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati,} [TQS. Al Furqon (25):58], dan adapun orang yang merasa tenang bersandar kepada selain-Nya, maka dikhawatirkan putus hubungan dengan-Nya maka diapun celaka, dan sesungguhnya tawakkal itu adalah ketenangan hati terhadap janji Allah Azza wajalla.عن يحيى بن معاذ الرازي قال: "من طلب الفضل من غير ذي الفضل غرم وخسر، وإن ذا الفضل هو الله عزوجل: {إن الله لذو فضل على الناس ولكن أكثر الناس لا يشكرون} (البقرة:243)".
Dari Yahya bin Muads Arroziy, beliau berkata : "Barangsiapa yang mencari keutamaan kepada sesuatu yang tidak mempunyai keutamaan maka dia telah rugi dan bangkrut, dan sesungguhnya pemilik keutamaan itu adalah Allah Azza wajalla : {Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.} [TQS. Al Baqarah (2):243]وقال الإمام ابن رجب الحنبلي في تعريف التوكل: "هو صدق اعتماد القلب على الله عز وجل في استجلاب المصالح، ودفع المضار من أمور الدنيا والآخرة كلها".
Berkata Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbaliy dalam mendefinisikan tawakkal : "Tawakkal adalah kejujuran penyandaran hati kepada Allah Azza wajalla dalam meraih maslahat dan menolak mudharat, dari perkara dunia dan akhirat seluruhnya"_______________________________________
Sumber : مع السلف في التوكل
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)