Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Calon Pengantin tidak mau diwalikan oleh Bapak Kandung

Ditahan dan Dicegah oleh Wali :

Para ulama sepakat bahwasanya seorang wali tidak boleh menahan dan mencegah seorang wanita di bawah perwaliannya, dia tidak boleh menzholiminya dengan menolak untuk menikahkannya, apabila dia hendak dinikahi oleh lelaki yang sepadan dengan mahar yang ideal, apabila walinya menolaknya dalam keadaan seperti itu, maka dia berhak untuk mengangkat perkaranya ke wali hakim agar dinikahkan.

Dalam keadaan seperti itu hak perwalian tidak berpindah kepada wali yang lain setelah wali yang dzholim ini, akan tetapi langsung pindah ke wali hakim, karena menahan dan mencegah itu adalah bentuk kedzholiman, dan hak perwalian saat menggugat kedzholiman itu ditangan wali hakim.

Adapun jika penolakan tersebut disebabkan karena adanya alasan yang bisa diterima, misalnya calon mempelai lelaki tidak sepadan, atau maharnya kurang dibanding mahar yang ideal, atau ada pelamar lain yang lebih sepadan dibanding dia, maka hak perwalian tidak terlepas dari wali tersebut karena sesungguhnya dia tidak dianggap menahan dan mencegah dengan dzholim.

Dari Ma'qil bin Yasar, beliau berkata : Saya punya saudari yang siap dilamar dibawah perwalianku, lalu sepupuku mendatangiku, maka sayapun menikahkan saudariku tersebut dengannya, kemudian dia menceraikannya dengan talak yang masih bisa rujuk, lalu dia meninggalkannya hingga berakhir masa iddahnya, ketika siap dilamar dibawah perwalianku dia datang lagi meminangnya, maka saya bilang : tidak, demi Allah, saya tidak akan menikahkannya selama-lamanya.

Beliau melanjutkan : Maka turunlah ayat ini terkait diriku :

{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ ذَلِكَ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكُمْ أَزْكَى لَكُمْ وَأَطْهَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 232]
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [Al Baqarah : 232]

Beliau berkata : Lalu saya membayar kaffarah sumpahku, kemudian menikahkannya kembali dengannya.

Sumber : Fiqhus Sunnah Karya DR. Sayyid Sabiq

Calon Pengantin tidak mau diwalikan oleh Bapak Kandung
Calon Pengantin tidak mau diwalikan oleh Bapak Kandung

Teks Arab :

عضل الولي:
اتفق العلماء على أنه ليس للولي أن يعضل موليته، ويظلمها بمنعها من الزواج، إذا أراد أن يتزوجها كفء بمهر مثلها، فإذا منعها في هذه الحال كان من حقها أن ترفع أمرها إلى القاضي ليزوجها.
ولا تنتقل الولاية في هذه الحالة إلى ولي آخر يلي هذا الولي الظالم، بل تنتقل إلى القاضي مباشرة، لان العضل ظلم، وولاية رفع الظلم إلى القاضي.
فأما إذا كان الامتناع بسبب عذر مقبول، كأن يكون الزوج غير كفء،
أو المهر أقل من مهر المثل، أو لوجود خاطب آخر أكفأ منه، فإن الولاية في هذه الحال لا تنتقل عنه، لانه لا يعد عاضلا.
عن معقل بن يسار قال: كانت لي أخت تخطب إلي فأتاني ابن عم لي، فأنكحتها إياه، ثم طلقها طلاقا له رجعة، تم تركها حتى انقضت عدتها، فلما خطبت إلي أتاني يخطبها، فقلت: لا، والله لا أنكحها أبدا.
قال: ففي نزلت هذه الآية:
{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ ذَلِكَ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكُمْ أَزْكَى لَكُمْ وَأَطْهَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 232]
قال: فكفرت عن يميني، فأنكحتها إياه.
فقه السنة (2/ 136-137)

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)