{إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا} [النبأ: 40]
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". [An Naba' (78):40]
[Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat,], [Siksa yang dekat] di dalam ayat ini mengandung dua makna;
Pertama : Siksa berupa hukuman di dunia, dan ini lebih dekat jika dibandingkan dengan siksa yang kedua demikian pendapat Qotadah rahimahullah, Muqatil Rahimahullah juga berpendapat yang serupa yaitu : siksa berupa peperangan terhadap mereka kafir quraisy di Perang Badar.
Kedua : Siksa berupa adzab pada hari kiamat, karena hari kiamat itu pasti datang dan sesuatu yang akan datang tentu semakin dekat. Makna ini sebagaimana ditunjukkan firman Allah Subhanahu wata'ala :
Firman Allah Subhanahu wata'ala : [Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat], Allah Subhanahu wata'ala mengatakan bahwa : sesungguhnya Kami telah memberikan peringatan kepada kalian wahai seluruh manusia akan adanya adzab yang sungguh sangat dekat dan semakin dekat menghampiri kalian. Adzab itu [pada hari manusia] yang beriman [melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya] berupa kebaikan yang telah diusahakannya di dunia atau keburukan yang telah dia tinggalkan, maka diapun mengharapkan ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wata'ala atas amal sholehnya dan merasa khawatir takut akan siksa, hukuman Allah Subhanahu wata 'ala atas keburukan yang telah dilakukannya.
[pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya], bisa jadi mengandung makna secara umum berupa pandangan seorang mu'min terhadap apa yang telah dikerjakannya berupa kebaikan dan juga pandangan seorang kafir terhadap apa yang telah dilakukannya berupa keburukan.
Atho' Rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "manusia" pada ayat tersebut adalah orang kafir, karena orang mu'min bukan hanya memandang kepada apa yang telah diperbuatnya tetapi juga melihat kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya. Adapun orang kafir yang tidak melihat kecuali adzab maka dia hanya melihat apa yang telah dikerjakannya, karena semua yang hukuman yang menimpanya tidaklah ada kecuali dari keburukan muamalahnya.
Berkata Al Hasan ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wata'ala : [pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya] :
"Pada waktu itu orang yang beriman lagi cerdas dan senantiasa waspada dan hati-hati, telah mengetahui bahwasanya dia memiliki tempat kembali sehingga dia terus berbuat dan berbuat, maka tatkala didatangkan kepadanya diapun melihat apa yang telah dikerjakannya dengan gembira dan bersenang hati."
[dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".] karena dia tidak mengerjakan kebaikan maka diapun berkata : "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah" bukan makhluk hidup dan tidak dibebani syariat, namun dia tidak akan menjadi tanah.
Firman Allah Subhanahu wata'ala : [dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".], Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan bahwa : pada waktu itu ketika orang kafir menjumpai adzab Allah Subhanahu wata'ala yang telah disiapkan untuk orang-orang yang kafir terhadap-Nya, orang kafir itu berangan-angan seraya berkata : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"], sama seperti binatang-binatang ternak yang dirubah menjadi tanah.
Abu Hurairah berkata :
Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa makna dari : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"] adalah : "Alangkah baiknya sekiranya aku tidak dibangkitkan untuk menghadapi hari perhitungan dan tetap terkubur di dalam tanah" semakna dengan firman Allah :
Sebagian orang-orang sufi menafsirkan ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"] maknanya alangkah baiknya sekiranya dahulu aku tunduk dan patuh serta taat kepada Allah tidak menjadi orang yang sombong dan pembangkang.
Di dalam sebagian kitab tafsir disebutkan bahwa orang kafir yang dimaksud dalam ayat tersebut diatas adalah iblis, dahulu dia menghina Adam Alaihissalam yang diciptakan dari tanah dan bangga telah diciptakan dari api, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata'ala :
Namun ketika iblis menyaksikan dengan mata kepala apa yang didapatkan oleh Adam dan anak-keturunannya yang beriman berupa ganjaran pahala, ketenangan dan rahmat di lain sisi dia melihat apa yang dia dan pengikutnya dapatkan berupa adzab yang keras maka diapun mengharapkan mendapatkan kedudukan sama seperti Adam Alaihissalam, sehingga iblispun berkata : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"]
Sumber Rujukan :
[Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat,], [Siksa yang dekat] di dalam ayat ini mengandung dua makna;
Pertama : Siksa berupa hukuman di dunia, dan ini lebih dekat jika dibandingkan dengan siksa yang kedua demikian pendapat Qotadah rahimahullah, Muqatil Rahimahullah juga berpendapat yang serupa yaitu : siksa berupa peperangan terhadap mereka kafir quraisy di Perang Badar.
Kedua : Siksa berupa adzab pada hari kiamat, karena hari kiamat itu pasti datang dan sesuatu yang akan datang tentu semakin dekat. Makna ini sebagaimana ditunjukkan firman Allah Subhanahu wata'ala :
{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا} [النازعات: 46]
"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." [Annaziat (79):46]Firman Allah Subhanahu wata'ala : [Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat], Allah Subhanahu wata'ala mengatakan bahwa : sesungguhnya Kami telah memberikan peringatan kepada kalian wahai seluruh manusia akan adanya adzab yang sungguh sangat dekat dan semakin dekat menghampiri kalian. Adzab itu [pada hari manusia] yang beriman [melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya] berupa kebaikan yang telah diusahakannya di dunia atau keburukan yang telah dia tinggalkan, maka diapun mengharapkan ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wata'ala atas amal sholehnya dan merasa khawatir takut akan siksa, hukuman Allah Subhanahu wata 'ala atas keburukan yang telah dilakukannya.
[pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya], bisa jadi mengandung makna secara umum berupa pandangan seorang mu'min terhadap apa yang telah dikerjakannya berupa kebaikan dan juga pandangan seorang kafir terhadap apa yang telah dilakukannya berupa keburukan.
Atho' Rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "manusia" pada ayat tersebut adalah orang kafir, karena orang mu'min bukan hanya memandang kepada apa yang telah diperbuatnya tetapi juga melihat kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya. Adapun orang kafir yang tidak melihat kecuali adzab maka dia hanya melihat apa yang telah dikerjakannya, karena semua yang hukuman yang menimpanya tidaklah ada kecuali dari keburukan muamalahnya.
Berkata Al Hasan ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wata'ala : [pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya] :
"Pada waktu itu orang yang beriman lagi cerdas dan senantiasa waspada dan hati-hati, telah mengetahui bahwasanya dia memiliki tempat kembali sehingga dia terus berbuat dan berbuat, maka tatkala didatangkan kepadanya diapun melihat apa yang telah dikerjakannya dengan gembira dan bersenang hati."
المرء المؤمن يحذَر الصغيرة، ويخاف الكبيرة.
"Seorang Mu'min berhati-hati terhadap dosa-dosa kecil dan takut terhadap dosa-dosa besar"[dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".] karena dia tidak mengerjakan kebaikan maka diapun berkata : "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah" bukan makhluk hidup dan tidak dibebani syariat, namun dia tidak akan menjadi tanah.
Firman Allah Subhanahu wata'ala : [dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".], Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan bahwa : pada waktu itu ketika orang kafir menjumpai adzab Allah Subhanahu wata'ala yang telah disiapkan untuk orang-orang yang kafir terhadap-Nya, orang kafir itu berangan-angan seraya berkata : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"], sama seperti binatang-binatang ternak yang dirubah menjadi tanah.
Abu Hurairah berkata :
" يُحْشَرُ الْخَلْقُ كُلُّهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْبَهَائِمُ، وَالدَّوَابُّ، وَالطَّيْرُ، وَكُلُّ شَيْءٍ فَيَبْلُغُ مِنْ عَدْلِ اللَّهِ أَنْ يَأْخُذَ لِلْجَمَّاءِ مِنَ الْقَرْنَاءِ، ثُمَّ يَقُولُ: كُونِي تُرَابًا فَذَلِكَ {يَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا} [النبأ: 40]
"Akan dikumpulkan makhluk semuanya pada hari kiamat, binatang ternak, binatang melata, burung-burung dan segala sesuatu, maka semuanya mendapatkan keadilan dari Allah Subhanahu wata'ala, dimana binatang yang tidak bertanduk membalas (qisos) terhadap binatang yang bertanduk, kemudian Dia Allah Subhanahu wata'ala berfirman : "Berubahlan menjadi tanah" maka pada saat itu [orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".] [An Naba' (78):40] (HR. Al Hakim No. 3231)Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa makna dari : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"] adalah : "Alangkah baiknya sekiranya aku tidak dibangkitkan untuk menghadapi hari perhitungan dan tetap terkubur di dalam tanah" semakna dengan firman Allah :
{يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ} [الحاقة: 25]
"Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)" [Al Haqqoh (69):25]{يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ} [الحاقة: 27]
"Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu." [Al Haqah (69):27]{يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ} [النساء: 42]
"Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disama-ratakan dengan tanah" [Annisa (4):42]Sebagian orang-orang sufi menafsirkan ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"] maknanya alangkah baiknya sekiranya dahulu aku tunduk dan patuh serta taat kepada Allah tidak menjadi orang yang sombong dan pembangkang.
Di dalam sebagian kitab tafsir disebutkan bahwa orang kafir yang dimaksud dalam ayat tersebut diatas adalah iblis, dahulu dia menghina Adam Alaihissalam yang diciptakan dari tanah dan bangga telah diciptakan dari api, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata'ala :
{قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ} [ص: 76]
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". [Shod (38):76]Namun ketika iblis menyaksikan dengan mata kepala apa yang didapatkan oleh Adam dan anak-keturunannya yang beriman berupa ganjaran pahala, ketenangan dan rahmat di lain sisi dia melihat apa yang dia dan pengikutnya dapatkan berupa adzab yang keras maka diapun mengharapkan mendapatkan kedudukan sama seperti Adam Alaihissalam, sehingga iblispun berkata : ["Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah"]
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمُرَادِهِ وَأَسْرَارِ كِتَابِهِ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصحبه.
Sumber Rujukan :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)