Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Bagi Pemburu Lailatul Qadar, Ingat Malam Ini Malam Jum'at Bertepatan Dengan Malam Ganjil !

Apabila Malam Jum'at Bertepatan Dengan Malam Ganjil, Apakah Malam Tersebut Adalah Lailatul Qadar ?

Soal :
Malam ke-27 tahun ini bertepatan dengan malam jum'at, dan sungguh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata : "Apabila malam jum'at bertepatan dengan salah satu dari malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan, maka malam itu sangat pantas menjadi lailatul qadar". Apakah pernyataan tersebut benar ?

Selesai Diposting Pada Tanggal 27 September 2014

Jawab :
Segala puji hanyalah milik Allah...
Kami tidak mendapati perkataan yang disandarkan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- diatas. Hanya saja Ibnu Rajab al Hanbali -rahimahullah- menukilnya dari Ibnu Hubairah, beliau -rahimahullah- berkata menukil dari Ibnu Hubairah -rahimahullah- : "Apabila malam jum'at jatuh pada satu malam dari malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan, maka sangat besar harapan -lailatul qadar jatuh pada malam tersebut- dibanding malam-malam lainnya' [Latha'if al Ma'arif karya Ibnu Rajab hal. 203].

Barangkali pernyataan di atas dibangun oleh orang yang mengucapkannya di atas dasar bahwa malam jum'at adalah malam yang paling mulia dalam sepekan, jadi apabila jatuh pada malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan maka ia lebih pantas dan patut menjadi lailatul qadar, namun kami tidak dapati adanya hadits Nabi atau pernyataan Shahabat yang menguatkan pendapat tersebut. Sementara hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa lailatul qadar itu berpindah-pindah di sepuluh malam terakhir, dan pada malam ganjilnya sangat besar harapan menjadi lailatul qadar, dan yang paling besar harapan dari malam-malam ganjil tersebut adalah malam ke-27, tanpa kita pastikan bahwa ia adalah lailatul qadar.

Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh dengan penuh semangat di seluruh sepuluh malam terakhir, dalam rangka meneladani Rasulullah -shollallahu 'alaihi wasallam-.

Syaikh Sulaiman al Majid -hafidzahullah- berkata : "Kami tidak mengetahui di dalam syariat ini ada dalil yang menunjukkan bahwa apabila malam jum'at bertepatan dengan malam ganjil, maka itu menjadi lailatul qadar. Berdasarkan hal tersebut : maka tidak boleh memastikan hal tersebut dan tidak boleh meyakini kebenarannya, namun yang disyariatkan adalah bersungguh-sungguh di seluruh sepuluh malam terakhir; karena sesungguhnya barangsiapa yang melakukan hal tersebut, maka sungguh dia telah mendapati lailatul qadar dengan penuh keyakinan, wallahu a'lam.

http://www.salmajed.com/fatwa/findfatawa.php?arno=9880

Al Hafidzh Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata : "lailatul qadar terbatas di bulan Ramadhan, kemudian terbatas di sepuluh terakhir Ramadhan, kemudian di malam-malam ganjilnya, dan tidak ditentukan tepatnya pada satu malam tertentu. Inilah yang ditunjukkan oleh seluruh kabar yang ada terkait lailatul qadar". [Fathul Bari 4/260].

Al Imam An Nawawi -rahimahullah- berkata : "Hadits Ubay bin Ka'ab dimana dia bersumpah bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ke-27, ini merupakan salah satu pendapat dalam penentuan lailatul qadar, namun mayoritas ulama berpendapat bahwa sesungguhnya lailatul qadar itu masih samar diantara sepuluh malam terakhir Ramadhan, dan paling besar harapan lailatul qadar itu jatuh pada malam ganjilnya, dan paling besar harapan adalah malam ke-27, ke-23, dan ke-21. Kebanyakan mereka juga berpendapat bahwa lailatul qadar adalah malam tertentu tidak pindah-pindah, namun menurut para ahli dan peneliti : lailatul qadar itu berpindah-pindah, maka bisa jadi jatuh pada tahun tertentu pada malam ke-27, dan di tahun tertentu pada malam ke-23, dan di tahun tertentu pada malam ke-21, dan di malam yang lain -secara bergantian-, inilah pendapat yang lebih jelas -mendekati kebenaran- dan di dalamnya terdapat pengkompromian dan penggabungan seluruh hadits-hadits yang beragam tentang lailatul qadar." [Syarah Shohih Muslim 6/43].

Untuk tambahan faedah. lihat jawaban pertanyaan no. 50693.

Wallahu a'lam

Penentuan Malam Lailatul Qadar
Penentuan Malam Lailatul Qadar

Sumber (Teks Arab) :



السؤال:
ليلة سبع وعشرين من هذه السنة توافق ليلة الجمعة ، وقد قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : " إذا وافقت ليلة الجمعة إحدى ليالي الوتر من العشر الأواخر ، فهي أحرى أن تكون ليلة القدر " ، فهل يصح ذلك ؟
تم النشر بتاريخ: 2014-09-27
الجواب :
الحمد لله
لم نجد هذا القول المنسوب لشيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله ، وإنما نقله ابن رجب الحنبلي رحمه الله عن ابن هبيرة فقال رحمه الله - ناقلا عن ابن هبيرة رحمه الله - : "وإن وقع في ليلة من أوتار العشر ليلة جمعة ، فهي أرجى من غيرها " .
انتهى من " لطائف المعارف لابن رجب " (ص/203) .
ولعل هذا القول بناه صاحبه على أن ليلة الجمعة هي أفضل ليالي الأسبوع فإذا كانت في وتر العشر الأخير من رمضان فهي أحرى أن تكون ليلة القدر ، ولم نجد من الأحاديث النبوية أو أقوال الصحابة ما يؤيد هذا القول ، والذي تدل عليه الأحاديث أن ليلة القدر تنتقل في العشر الأواخر ، وأن أوتارها أرجى أن تكون فيها ليلة القدر ، وأرجى هذه الليالي هي ليلة سبع وعشرين ، من غير جزم أنها ليلة القدر .
وينبغي للمسلم أن يحرص على الاجتهاد في العشر الأواخر كلها اقتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم .
قال الشيخ سليمان الماجد حفظه الله : " لا نعلم في الشريعة دليلا على أنه إذا وافقت ليلة الجمعة ليلة وتر ، فإنها تكون ليلة القدر ، وعليه : فلا يجزم بذلك ولا يعتقد صحته ، والمشروع هو الاجتهاد في ليالي العشر كلها ؛ فإن من فعل ذلك ، فقد أدرك ليلة القدر بيقين ، والله أعلم " انتهى .
http://www.salmajed.com/fatwa/findfatawa.php?arno=9880
وقال الحافظ ابن حجر رحمه الله : " لَيْلَةُ الْقَدْرِ مُنْحَصِرَةٌ فِي رَمَضَان ، ثُمَّ فِي الْعَشْر الْأَخِيرِ مِنْهُ ، ثُمَّ فِي أَوْتَارِهِ ، لَا فِي لَيْلَةٍ مِنْهُ بِعَيْنِهَا , وَهَذَا هُوَ الَّذِي يَدُلُّ عَلَيْهِ مَجْمُوع الْأَخْبَار الْوَارِدَة فِيهَا " انتهى من " فتح الباري " (4/260).
وقال النووي رحمه الله : " حَدِيث أُبَيّ بْن كَعْب أَنَّهُ كَانَ يَحْلِف أَنَّهَا لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِينَ , وَهَذَا أَحَد الْمَذَاهِب فِيهَا , وَأَكْثَر الْعُلَمَاء عَلَى أَنَّهَا لَيْلَة مُبْهَمَة مِنْ الْعَشْر الْأَوَاخِر مِنْ رَمَضَان , وَأَرْجَاهَا أَوْتَارُهَا , وَأَرْجَاهَا لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِينَ وَثَلَاث وَعِشْرِينَ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ , وَأَكْثَرهمْ أَنَّهَا لَيْلَة مُعَيَّنَة لَا تَنْتَقِل ، وَقَالَ الْمُحَقِّقُونَ : إِنَّهَا تَنْتَقِل فَتَكُون فِي سَنَة : لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِينَ , وَفِي سَنَة : لَيْلَة ثَلَاث , وَسَنَة : لَيْلَة إِحْدَى , وَلَيْلَة أُخْرَى وَهَذَا أَظْهَر ، وَفِيهِ جَمْع بَيْن الْأَحَادِيث الْمُخْتَلِفَة فِيهَا " .
انتهى من " شرح صحيح مسلم للنووي " (6/43).
وينظر للفائدة إلى جواب السؤال رقم : (50693) .
والله أعلم .

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)