Jadwal Kajian Rutin & Privat Bahasa Arab | Pesantren Terbuka "As-Sunnah" Selayar

Pengumuman Seleksi Penerimaan Guru Kontrak Khusus Pendidikan Al Qur'an [BTQ] Tahun 2017 | Halalkah Gajinya?

Pengumuman Seleksi Penerimaan Guru Kontrak Khusus Pendidikan Al Qur'an Tahun 2017



س: ما حكم الأجرة على تعليم القرآن الكريم؟
S: Apa hukum upah dari mengajarkan al Qur'an al Karim?

ج: الله سبحانه وتعالى أنزل القرآن الكريم ليعمل به وليتدبر ويتعقل كما قال عز وجل:
J: Allah subhanahu wata'ala menurunkan al Qur'an agar diamalkan, ditadabburi dan dipahami, sebagaimana firman Allah azza wajalla:
{كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ} [ص: 29]
{Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya} [Shaad: 29]

ولم ينزله سبحانه للأكل به، يقرأ ليعطى ويسأل به الناس لا، إنما أنزل للعمل به وتعليمه الناس، والأخذ بما فيه من الأوامر، وترك النواهي، أنزل لهذا الأمر ولهذا قال سبحانه:
Allah subhanahu wata'ala tidak menurunkan al Qur'an untuk cari makan, dengan cara dia membaca al Qur'an lalu diberi dan atau meminta minta kepada orang lain dengan ayat-ayat al Qur'an, tidak bukan itu. Sesungguhnya al Qur'an diturunkan hanya untuk diamalkan dan diajarkan kepada orang lain, mengamalkan kandungannya yang berupa perintah dan meninggalkan segala bentuk larangan. Al Qur'an diturunkan karena perkara yang tekah disebutkan ini, oleh karena itu Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} [الأنعام: 155]
{Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.} [Al An'am: 155]

وقال:
Allah ta'ala juga berfirman:
{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ} [الإسراء: 9]
{Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus} [Al Isra': 9]

فهو أنزل ليعمل به ليتعقل ويتدبر ولم ينزل ليؤكل به وتطلب به الدنيا، لكن تعليم الناس القرآن، يحتاج إلى فراغ وإلى تعب وإلى صبر فجاز على الصحيح أن يعطى المعلم ما يعينه على ذلك وليس هذا من التأكل بالقرآن، لكن هذا من الإعانة على تعليم القرآن، فإذا وجد من يعلم القرآن ويحتاج إلى مساعدة فلا بأس أن يعطى من بيت المال أو من أهل المحلة أو من أهل القرية ما يعينه على ذلك حتى يتفرغ وحتى يبذل وسعه في تعليم أبناء البلد، أبناء القرية كتاب ربهم عز وجل، هذا ليس من باب التأكل، ولكن من باب الإعانة على هذا الخير العظيم، حتى يتفرغ للتعليم وحتى يكفى المؤونة، حتى لا يحتاج إلى ضياع بعض الأوقات في طلب الرزق، طلب حاجة بيته وأهله، هذا كله من باب التعاون على البر والتقوى، وكذلك إذا قرأ على المريض يعطى أيضاً، إذا قرأ على المريض ورقاه، فلا بأس أن يعطى، لحديث:
Jadi, Al Qur'an itu diturunkan untuk diamalkan, dipahami dan ditadabburi, bukan diturunkan untuk dipakai cari makan dan mencari dunia. Namun mengajarkan al Qur'an kepada orang lain itu butuh meluangkan waktu, butuh tenaga dan butuh kesabaran, maka menurut pendapat yang shohih boleh saja seorang pengajar diberikan gaji/upah/insentif yang bisa membantunya dalam melaksanakan tugasnya tersebut, dan ini tidak termasuk memakai al Qur'an untuk mencari makan, akan tetapi ini termasuk membantu menyukseskan program pengajaran al Qur'an. Maka apabila didapatkan ada orang yang mengajarkan al Qur'an dan perlu dibantu maka tidak mengapa diberi, baik dari baitulmall, dari masyarakat setempat atau dari warga kampung, diberikan gaji/upah/insentif yang bisa membantunya menunaikan tugasnya tersebut hingga dia fokus meluangkan waktunya dan mengerahkan seluruh potensinya untuk mengajarkan kepada anak-anak di negeranya, anak-anak di kampungnya akan al Qur'an kitab Tuhan mereka. Ini tidak termasuk dalam "bab mencari makan" akan tetapi masuk dalam "bab memberi bantuan" atas terselenggaranya kebaikan yang besar ini, hingga dia bisa konsentrasi meluangkan waktu untuk mengajar, dan tercukupi beban hidupnya hingga tidak perlu menyia-nyiakan sebagian waktunya untuk mencari rezki, mencari kebutuhan rumah tangga dan keluarga. Semua ini termasuk dalam "bab tolong-menolong dan kebaikan dan taqwa". Demikian pula apabila dia membacakan al Qur'an kepada orang yang sakit, dia bisa diberi, apabila membaca al Qur'an untuk orang sakit dan meruqyahnya, maka tidak mengapa dia diberi, berdasarkan hadits:
«إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ»
«Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak kalian ambil upah atasnya adalah kitab Allah al Qur'an» [HR. Bukhari]
ولقصة اللديغ الذي قرأ عليه بعض الصحابة، واشترطوا جُعْلاً فأمضاه النبي عليه الصلاة والسلام ، فالحاصل أن إعطاء الراقي، الذي يقرأ على الناس ، الذي يعالج بالقراءة، إعطاء الشيء على هذا الأمر، لا بأس به كما يعطى المعلم، وهذا كله من باب التعاون على ما ينفع الناس، فالمعلم ينفع الناس، بتعليمهم وتوجيههم وإرشادهم والذي يقرأ على المريض كذلك يحتاج إلى مساعدة، حتى يتفرغ لهذا الأمر، ويقرأ على هذا وهذا وهذا، قد جعل الله في كتابه شفاءً لمرض القلوب ومرض الأبدان، وإن كان أنزل في الأصل والأساس لإنقاذ القلوب وتطهيرها من الشرك، والمعاصي وتوجيهها إلى الخير، لكن الله سبحانه وتعالى جعل فيه أيضاً شفاءً لأمراض الأبدان جعل كتابه العظيم شفاءً للقلوب وشفاءً لكثير من أمراض الأبدان، إذا استعمله المؤمن مخلصاً لله عز وجل عالماً أنه سبحانه هو الذي يشفي، وأنه بيده كل شيء سبحانه وتعالى فإذا أعطي المعلم ما يعينه وأعطي الراقي الذي يعالج الناس بالرقية ما يعينه فلا بأس بذلك.
Dan berdasarkan kisah orang yang tersengat, yang sebagian shahabat membacakan al Qur'an padanya, dimana mereka mempersyaratkan agar diberi upah, lalu Nabi alaihissholatu wassalam melegalkan hal tersebut. Sebagai kesimpulan, bahwa orang yang meruqyah yang membacakan al Qur'an kepada orang lain, yang melakukan terapi penyembuhan dengan bacaan al Qur'annya, memberikan sesuatu kepadanya atas apa yang dikerjakannya tersebut tidaklah mengapa sebagaimana gaji yang diberikan kepada seorang guru. Semua ini masuk dalam "bab tolong-menolong atas segala yang bermanfaat bagi manusia". Seorang guru, dia memberikan manfaat kepada orang lain dengan mengajari dan mengarahkan serta membimbing mereka. Dan orang yang membacakan al Qur'an kepada orang yang sakit juga demikian, dia butuh bantuan, hingga bisa meluangkan waktu untuk pekerjaannya tersebut, hingga dia bisa membacakan al Qur'an kepada ini, itu dan yang lainnya. Sungguh Allah ta'ala telah menjadikan dalam kitabNya, obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani, meskipun al Qur'an asalnya dan prinsipnya diturunkan untuk menyelamatkan hati dan membersihkannya dari kesyirikan dan maksiat, serta mengarahkan hati kepada kebaikan, akan tetapi Allah subhanahu wata'ala juga menjadikan di dalamnya obat penyembuh bagi penyakit-penyakit jasmani. Allah ta'ala menjadikan kitab-Nya yang mulia sebagai penyembuh bagi penyakit hati dan penyembuh bagi banyak sekali dari penyakit-penyakit jasmani.
Apabila seorang mu'min mempergunakan al Qur'an dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah azza wajalla, dalam keadaan mengetahui bahwasanya Allah subhanahu wata'ala dialah yang memberi kesembuhan dan bahwasanya di tangan-Nyalah segala sesuatu. Apabila seorang pengajar diberi sesuatu yang bisa membantunya demikian pula diberikan kepada peruqyah yang melakukan terapi penyembuhan kepada orang lain dengan ruqyah-nya, diberikan sesuatu yang bisa membantunya maka yang demikian itu tidaklah mengapa.



Sumber: http://www.alifta.net/fatawa/fatawachapters.aspx?languagename=ar&View=Page&PageID=7457&PageNo=1&BookID=5

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari 6089 & Muslim 46)